Kamis, 18 Februari 2010

GROW ME: Sebuah Aktivitas Anak Remaja untuk Memaksimalkan Potensi Diri

Organisasi Perburuhan Dunia (International Labor Organization) menyatakan terdapat 160 juta orang di dunia yang menganggur. 40 persen diantaranya adalah pemuda. Dari 133 juta pemuda di dunia yang buta huruf, 1.738.000 di antaranya berada di Indonesia. Menurut data Susenas (2003) di Indonesia sekitar 2 persen jumlah pemuda tidak pernah sekolah, 16 persen masih bersekolah, dan 82 persen sudah tidak bersekolah lagi. Dari keseluruhan jumlah pemuda, sekitar 2,36 persen diantaranya buta huruf. Pemuda yang tidak berpendidikan (tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD) sekitar 10,36 persen. Minat baca yang rendah di kalangan pemuda, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pemuda yang tinggi, tingginya tingkat pengangguran terbuka, dan maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme, narkoba, psikotropika dan HIV/AIDS, adalah sebagian permasalahan yang sekarang di hadapi oleh masyarakat Indonesia.
Tantangan tersebut, yang akan makin kompleks di masa mendatang, menyadarkan kita betapa mendesaknya kebutuhan akan calon-calon pemimpin Kristen. Generasi muda hari ini adalah pemimpin Indonesia di masa mendatang. Melalui upaya memperkuat jejaring dan memastikan keterlibatan kaum muda dalam mewujudkan civil society (masyarakat berkeadaban) di Indonesia, pemuda remaja juga perlu difasilitasi dalam dinamika kelompok untuk mengatasi kekerasan dan meningkatkan perdamaian untuk semua lapisan masyarakat. Di sisi lain terjadi kesenjangan kepemimpinan Kristiani. Oleh karena itu perlu adanya aksi konkrit regenerasi kepemimpinan. Maka adalah tugas kita untuk mempersiapkan mereka agar supaya mereka dapat membawa dampak bagi sekitarnya. Mereka harus: berani memegang teguh prinsip dan nilai kebenaran Alkitab di tengah kompleksitas masyarakat, memiliki keahlian berkomunikasi dan mengambil peran dalam jejaring global, dan menguasai pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan solusi atas problematika masa kini dan masa mendatang.
Tujuan program ini adalah memberdayakan generasi muda agar kelak menjadi pemimpin Kristen yang memiliki kompetensi kepemimpinan yang alkitabiah, mempersiapkan generasi pemimpin Kristen yang memiliki hati dan pikiran Kristus serta siap memberikan dampak bagi dunia yang membutuhkan. Sasarannya adalah memberikan sarana pelatihan kepemimpinan Kristen dan pengembangan keterampilan komunikasi, pada sekitar 30 murid (antara kelas 1 SMP sampai 1 SMA) per 6 bulan, yang diadakan di Surabaya dan sekitarnya.
GROW ME adalah adalah program latihan kepemimpinan yang bertujuan mempersiapkan peserta menjadi pemimpin Kristen, sekaligus meningkatkan keahlian berkomunikasi. Program ini menggunakan beragam pendekatan, seperti studi kasus, permainan, debat, diskusi, dan kegiatan indoor-outdoor, yang akan melibatkan peserta untuk secara langsung berlatih keahlian-keahlian kepemimpinan dan komunikasi.
Program dibagi dalam tiga level. Keikutsertaan kaum muda remaja untuk diakomodasi mulai level perkenalan di Begginer Leadership & Communication Program, Intermediate Leadership & Communication Program, dan Advanced Leadership & Communication Program.


MODEL PEMBELAJARAN
Bahan ajar disajikan dengan menggunakan beberapa model pembelajaran yang aktif dan dinamis. Berikut adalah beberapa model yang dilakukan dalam aktivitas Grow Me: Instruction, Discussion, Debate, Group Presentation, Games, Project (short term/long term),Reflection/meditation/devotion, Interactive Dialogue, dan Indoor & Outdoor Activities.

PESERTA
Persyaratannya adalah: Murid antara kelas 1 SMP sampai kelas 1 SMA, telah lahir baru dan adalah orang Kristen yang bertumbuh, menunjukkan tanggung jawab untuk menjadi pebelajar yang rindu bertumbuh, memiliki semangat untuk menumbuhkan integritas, dan semangat tim, mau terlibat dalam paling sedikit satu kegiatan kesiswaan di sekolah, dan terlibat dalam paling sedikit satu kegiatan gereja.

MATERI KURIKULUM
4i (INNER DIRECTION, INTERPRETATION, INSTRUMENTATION, INTERACTION)

INNER DIRECTION (Internal manajemen):
Peserta diharapkan bisa menumbuhkan wawasan ke dalam diri atau menyadari adanya kekuatan pribadi dan juga kelemahan diri. Memahami minat, kecenderungan, mengendalikan hawa nafsu dan mengembangkan nilai-nilai positif. Peserta mampu melakukan aktivas keseharian yang berhubungan dengan dunia study dan kelak dengan dunia kerja mereka, meskipun selalu ada perubahan. Peserta diharapkan memiliki Visi yang spesifik dan memiliki pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan; Peserta mampu menyiapkan diri, mengantisipasi, dan membuat perencanaan strategis untuk kariernya kelak. Dalam dirinya muncul aspirasi, motivasi, ambisi positif, energi dan optimisme sebagai pribadi pengambil risiko terukur secara rasional, memiliki independensi. Peserta mengetahui kapan dan bagaimana bercita-cita tinggi dan bersemangat meraih karier yang terus menanjak.


INTERPRETATION (Interpretasi):
Peserta diharapkan memiliki pemahaman dan ide-ide yang mendalam dalam memecahkan tuntutan study. Kelas adalah tuntutan kerja/hidup/kelangsungan hidup. Peserta diperlengkapi untuk memahami konsep-konsep kunci dan memahami implikasi dari study dan pekerjaan mereka kini dan kelak. Peserta diharapkan mendapat pengalaman langsung di suatu proses study dan tempat kerja. Peserta diajar untuk berpikir evaluatif atau memiliki kemampuan menilai secara kritis hal-hal yang berkaitan dengan masalah, peluang, produk, dan kebutuhan orang-orang. Peserta bisa berpikir untuk mengetahui dan apa yang harus dihindari.



Instrumentation (instrumentasi):
Peserta membangun keterampilan mengadaptasi, kemampuan untuk mendapatkan, mengakses dan menerapkan "hard skills” dan “soft skills” untuk hal-hal serbaguna. Peserta terampil dalam hal teknis membaca manual, menulis proposal dan mengerjakan rancangan program. Melalui program ini peserta dilatih efisiensi kerja atau kemampuan untuk memanfaatkan dan mengalokasikan energi mental, menunda kepuasan demi keberhasilan akhir, bertekun, dan efisien untuk menyebarkan kebiasaan bekerja yang baik dan berorganisasi secara efektif. Peserta dilatih berpikir produktif atau bisa mengorganisasikan kemampuan berpikir taktis dalam mengontrol, bisa melakukan pertukaran ide dan kreativitas, menyelesaikan konflik, dan mampu mengurangi stress. Peserta mengalami kemajuan dengan kecakapan mengkonstruksi dan memberi solusi aktif, serta menerapkan pendekatan baru dalam menghadapai tantangan di tempat kerja.

Interaction (saling mempengaruhi):
Peserta dilatih berkomunikasi atau kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide, untuk mempersuasi, menulis, menggunakan suara batin mereka, memiliki akses ke modus alternatif komunikasi. Peserta bakal mudah mendapatkan kredibilitas dalam kelancaran study dan kariernya kelak, karena ia fasih menggunakan bahasa verbal dan visual untuk membantu menyalurkan/mengatur perasaan dan tindakan mereka. Peserta dapat mendemonstrasikan keefektifan interpersonal, kerjasama, kepemimpinan, dan kecakapan fleksibilitas di tempat kerja. Peserta dapat mempelajari bagaimana menyenangkan seorang pemimpin dan membangun reputasi yang baik dengan rekan sekerja dan kolega.
(adhi)

MENGINTIP PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Sejak diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang secara holistik diselenggarakan secara sistematis. PAUD diselenggarakan untuk anak-anak yang belum menginjak jenjang pendidikan dasar. Program PAUD yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat ini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, dan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat.

Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.

Mengevaluasi Implementasi Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Untuk mengetahui ketercapaian implementasi prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini perlu dilakukan penilaian. Apakah pelaksanaannya telah memenuhi beberapa catatan ini:
1.Berorientasi pada Perkembangan Anak
Pemilihan bahan ajar, penentuan cara penyajian materi, dan proses evaluasi dilaksanakan sesuai dengan tahapan perkembangan psikologis dan fisik anak. Perbedaan setiap individu dilayani dengan memberikan konsep dari cara sederhana ke rumit dan dari konkrit ke abstrak.
2.Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Pendidikan dilakukan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan psikologis maupun fisik, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
3.Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Usia anak-anak adalah masa bermain. Mengajarkan cara belajar anak dilakukan sambil bermain. Permainan harus bisa mengeksplorasi lingkungan sekitar. Melalui interaksi dengan lingkungan anak membangun pengalaman yang bermakna.
4.Lingkungan yang kondusif
Lingkungan belajar sambil bermain dan atau lingkungan bermain sambil belajar harus menarik, menyenangkan, aman serta nyaman, dan mampu menggali prakarsa dan melahirkan inspirasi kreatif pada diri anak.
5.Berpusat pada anak
Pembelajaran di PAUD menempatkan anak sebagai subjek pendidikan. Guru adalah pembimbing, fasilitator, pendorong, mentor, pelatih, supporter, dan tentu saja pendidik dan pengajar yang memiliki fleksibilitas peran yang baik.
6.Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu dilakukan dengan menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak secara utuh. Melalui pendekatan tematik, anak-anak diajak serta untuk hadir dan mengalami langsung pelbagai aktivitas hidup manusia yang bermakna dan bernilai secara langsung.
7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Anak dilatih untuk menguasai perlbagai kecakapan hidup sesuai dengan perkembangan usia. Targetnya adalah mereka mampu menolong diri sendiri, memiliki kemandirian dan tanggung jawab, serta memiliki disiplin diri.
8.Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Pemanfaatan media dan sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan sekitar, pemilihan nara sumber dan bahan-bahan ajar disiapkan oleh guru dengan pertimbangan sesuai dengan muatan local.
9.Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang
Pembelajaran dilakukan secara sistematis, berkelanjutan, menggunakan konsep sederhana dan mudah dimengerti. Pengulangan adalah salah satu cara untuk menyampaikan pesan berbobot namun bisa dikuasai anak dan mudah dilakukan.
10.Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Pembelajaran yang dilakukan dengan cara-cara ini untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan metode dan teknik pengajaran dan pembelajaran yang uptodate.
11.Pemanfaatan Teknologi Informasi
Kelas PAUD dimungkinkan untuk disuport oleh sarana yang canggih, efektif, dan efisien. Pemanfaatkan teknologi informasi dimanfaatkan supaya anak dapat menerima bahan ajar dengan relatif lebih mudah dan dalam situasi yang menyenangkan.

Model Pengembangan Kurikulum
Beberapa model pengembangan ini cukup bias menginspirasi guru untuk mendesain model yang tepat dalam menyelenggarakan program PAUD di sekolahnya: (a) Anak-anak memiliki blue print (cetak biru) pola tingkah laku tertentu. Perubahan tingkah laku terjadi sebagai hasil dari kematangan psikologis (kesiapan) dan situasi lingkungan yang mengandung tingkah laku tertentu (tugas-tugas perkembangan). (b) Anak-anak dilahirkan bagai suatu batu tulis kosong (blank slate), tingkah laku anak yang pasif dibentuk oleh kondisi lingkungan. Perubahan tingkah laku terjadi sebagai hasil dari penguatan peristiwa yang terencana dan yang tidak terencana. (c) Anak merupakan hasil perpaduan antara heriditas dan pengaruh lingkungan. Perkembangan akan terjadi pada seseorang ketika orang melakukan pengorganisasian diri yang dicapai pada tahap optimal oleh peristiwa yang dieksperientasikan.

Model Pembelajaran Berbasis Alam
Salah satu model pembelajaran yang sedang diminati sekarang ini adalah pendiidikan yang berbasis pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang atau untuk menjaga keseimbangan dengan bentuk pengajaran yang cenderung intelektualistik dan verbalistik.

Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar. Pendidikan dan pengajaran didasarkan pada perkembangan anak. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja (belajar dan bermain) bagi anak-anak. Menggunakan bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis. Model ini membantu anak mengembangkan berbagai potensi untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam, juga membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Autoactivity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi proses active learning (belajar secara aktif). Lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Model ini juga mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction).

Metode Pembelajaran Perilaku melalui Pembiasaan
Metode ini untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dengan melakukan pengembangan perilaku melalui pembiasaan sejak dini. Pengubahan Perilaku (behavior modification) merupakan suatu pengubahan perilaku yang berdasarkan atas prinsip-prinsip ‘penguatan’ (reinforcement). Metode ini biasanya berhasil untuk mengubah/mengurangi perilaku yang berlebihan dan membentuk perilaku yang belum ada pada individu. Sedangkan Teknik Pembelajaran (Instructional Technique) dilakukan dengan memberikan instruksi yang spesifik dan konkret tentang perilaku yang dikehendaki. Instruksi-instruksi tersebut berfungsi untuk mengkoreksi yang salah dan mengajarkan perilaku baru.
Lain lagi dengan motode Berbasis Hubungan (Relationship-based). Metode ini dilakukan untuk membantu menciptakan suasana yang mendukung untuk dapat terjadi proses belajar. Metode ini bertujuan mempertahankan hubungan antara guru sebagai pelatih dengan anak dalam belajar terstruktur agar terjadi proses belajar yang efektif. Biasanya dapat digabungkan dengan metode pertama dan kedua. Untuk mempertahankan hubungan antara guru dengan anak, antara lain dengan cara: (a) Dorongan empati dengan cara mendengarkan kesulitan-kesulitan anak dalam mengikuti belajar terstruktur, menghargai usaha anak, mendorong keterlibatan anak, dan sebagainya, (b) Identifikasi masalah anak, yaitu mengenali apa yang menjadi hambatan anak, (c) Mengurangi rasa keterancaman pada anak dalam situasi belajar terstruktur, antara lain menciptakan rasa aman, dengan kata-kata atau perilaku dan menyederhanakan prosedur. (endah mustikaningsih) Sumber bacaanL Kurikulum Nasional

Youth in Chris Movement Caring for Education (YCMCE):

Sebuah Kepedulian Masyarakat Terhadap Peningkatan Kualitas
Sekolah Kristen di Indonesia

Sejumlah besar sekolah Kristen di Indonesia berada dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Padahal kontribusi sekolah-sekolah ini di masa lalu bagi bangsa dan negara telah terbukti. Sangat disayangkan jika kepedulian masyarakat Kristen terhadap kondisi sekolah-sekolah ini menjadi semakin minim sehingga keberlanjutan kontribusi sekolah-sekolah ini di masa depan patut dipertanyakan. Jika hal ini dibiarkan berlanjut maka dikhawatirkan Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20) tidak mendapatkan tempat di hati masyarakat Kristen dan tidak dilaksanakan dengan segala kesungguhan hati.
Pendidikan sangat menentukan masa depan bangsa. Pendidikan Kristen menentukan masa depan Gereja, dan kontribusi orang Kristen bagi bangsa. Hanya melalui melalui sekolah Kristen yang berkualitas kita bisa berharap adanya perubahan signifikan tentang makna peningkatan kualitas negara bagi rakyatnya. Dan saat ini ada banyak sekolah Kristen kesulitan mendapatkan Guru Kristen yang baik, baik dalam hal mengajar, kepribadian, relasi sosial dan kompetensi profesionalnya. Sekarang ada banyak sekolah Kristen yang mengalami krisis. Krisis kepemimpinan, krisis dana, krisis jumlah murid, dan bahkan kurang mendapat perhatian dari negara, masyarakat, atau gereja.
Di sisi lain banyak muda-mudi gereja dan mahasiswa/i yang smart dan telah hidup baru – memandang sebelah mata pada ladang pendidikan, atau mungkin mereka belum atau tidak mengerti tentang kebutuhan lapangan pendidikan terhadap potensi mereka. Gereja, kampus, dan lembaga pelayanan mahasiswa ekstra kampus atau lembaga kepemudaan belum ada yang secara intensif memberikan ‘aliran’ tenaga muda untuk menggarap sekolah Kristen yang membutuhkan dukungan, sekolah Kristen yang membutuhkan datangnya potensi kaum muda yang masih berenergi besar dan tentu punya mimpi besar untuk kehidupan yang lebih berkualitas.
YPVM (Yayasan Pendidikan Visi Misi) sedang membangun sebuah gerakan peduli sekolah Kristen. Para penggerak program ini bermimpi banyak kaum muda yang kelak terjun dalam pendidikan. Atau paling tidak mereka pernah bersentuhan dengan aktivitas mengajar, sehingga kelak di kemudian hari mereka akan menjadi guru dan atau profesional bidang lain yang peduli terhadap pendidikan Kristen. Nama aktivitas ini adalah Youth in Chris Movement Caring for Education, disingkat YCMCE. Atau bisa dibaca (Y)ou See(C) (M)e (C)aring for (E)ducation.
Program ini membangun komunitas anak Tuhan yang peduli pendidikan Kristen dan siap untuk ikut mengembangkan pendidikan Kristen di Indonesia dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. YCMCE akan memberikan dukungan kepada sekolah-sekolah Kristen yang ingin membuat perubahan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, menyiapkan calon orangtua Kristen dalam diri pemuda peserta program yang dibekali dengan pemahaman tentang pendidikan anak berdasarkan ajaran Alkitab, dan memberikan kesempatan bagi sarjana-sarjana Kristen yang baru lulus untuk mempersembahkan syukur melalui pelayanan sebagai guru dan untuk memperoleh pengalaman berinteraksi dengan murid dan masyarakat dalam jangka waktu 12-18 bulan.
YPVM mengajak person dan institusi mana pun yang bervisi sama dapat menggarap potensi di ladang ini. Ini akhirnya bukan menjadi gerakan YPVM saja, tapi gerakan kita semua. Mari memberikan bukti nyata kepedulian kita terhadap cita-cita munculnya banyak sekolah Kristen yang berkualitas dan mampu memberikan sumbangsih besar bagi negara.
Manfaat:

a.Bagi Sekolah:
-Memperoleh ”aliran” tenaga guru anak Tuhan lulusan S-1 (peserta program) yang telahdipersiapkan untuk melayani sebagai fasilitator belajar anak sehingga membukapeluang bagi sekolah untuk melakukan perubahan dan peluang bagi guru sekolah untukmelanjutkan studi karena adanya guru pengganti.
-Memperoleh kesempatan merekut tenaga guru berkualitas dan berdedikasi sekiranyaada peserta program yang akhirnya memutuskan untuk berkarir sebagai guru di sekolahtersebut.

b.Bagi Dunia Pendidikan Kristen:
-Memiliki komunitas anak Tuhan peduli pendidikan Kristen yang terdiri dari paraprofesional dan pebisnis Kristen alumni program Gerakan Pemuda Kristen PeduliPendidikan.
-Memiliki sejumlah guru berkualitas dan berdedikasi seandainya ada sejumlah alumniprogram yang akhirnya memutuskan untuk berkarir sebagai guru.

c.Bagi Peserta:
-Mendapatkan kesempatan memberikan persembahan syukur kepada Tuhan atas hidupdan pendidikan yang diperolehnya (semacam persembahan sulung).
-Memperoleh pembekalan pengetahuan dan ketrampilan sebagai guru yang berkualitas(a.l. kepemimpinan diri, parenting, pedagogi, dll)
-Memperoleh pengalaman berinteraksi dengan adik-adik siswa sekolah dan masyarakat,memperoleh pembekalan tentang pendidikan yang diharapkan berguna bagi dirinya,terutama ketika kelak menjadi orangtua.

Jika Anda tertarik untuk berperan serta dalam kegiatan ini, hubungi kantor YPVM, di Ruko Megah Galaxy 14 C No. 17 Surabaya, No. Telp. 031-5982971, 5967902 CP: Adhi Kristijono (081330521512)

MEMBUDAYAKAN PELATIHAN GURU

Hampir di setiap sekolah Kristen sekarang ini, para guru -di bawah kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi boardmember- dengan berat hati melakukan proses pelatihan untuk mengasah ketajaman profesional mereka. Tentu saja ini adalah indikator yang sangat disayangkan. Sebagian pimpinan sekolah dan para guru mulai menyadari urgensinya memberikan pengaruh positif dalam setiap pertemuan mereka dengan para murid, sehingga mereka bersemangat mengikuti setiap pelatihan yang. Di tempat lain ada banyak guru yang enggan melakukan ini karena dianggap makin menyibukkan dan memusingkan. Syukur jika masih ada pimpinan sekolah Kristen yang masih ajeg menyediakan wahana pelatihan bagi para gurunya. Pendidikan Kristen yang berkualitas memang sangat dipengaruhi oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah, kualitas pedagogik-profesionalitas-sosial-kepribadian para guru, dan tentu saja dukungan dari para anggota yayasan dan stakeholders di masyarakat.

Pelatihan guru adalah aktivitas penting dalam agenda sekolah. Perlu dirancang dengan desain kurikulum pelatihan yang matang, penentuan para narasumber yang menguasai bidangnya serta perumusan topic-topik yang mengikuti trend yang sedang berlaku. Pelatihan tersebut diharapkan mampu menjadikan guru sebagai pembawa pesan kebenaran yang memberi dampak signifikan terhadap perubahan perilaku murid secara fundamental.
Pelatihan guru yang efektif harus mengikuti pola yang mencerminkan tujuan yang jelas dan sasaran yang spesifik: pelatihan guru dengan metode dan bahan ajar yang berkualitas, membahas solusi atas problematika pembelajaran praktis, dan disertai alat evaluasi yang menunjukkan kemajuan belajar. Setiap muncul kasus-kasus dalam proses belajar murid di kelas, dewan guru secara aktif dan periodik melakukan pembahasan, diskusi intensif, dan penelahaan atas pelbagai solusi yang mungkin cocok diujicobakan. Jika hal ini dilakukan maka setiap periodik tertentu para guru bias menemukan pendekatan, strategi, metode dan teknik-teknik mengajar yang senantias diperbarui.

Tanggung jawab guru sebagai penatalayan terhadap murid; pembawa informasi mengenai pentingnya belajar atau mengajarkan bagaimana belajar yang baik sesuai kecerdasan dan minat, pemahaman yang holistik terhadap cara pandang kelimuan tertentu, dan keterampilan berpikir dalam aspek sains, sosial, seni budaya, bahasa dan teknologi dan presentasi rencana penelitian tindakan kelas; adalah aktivitas penting seorang guru dalam sebuah sesi pelatihan. Sesi-sesi pelatihan tersebut harus mendorong terjadinya dialog dan interaksi yang bermakna. Kepala sekolah dan pengurus yayasan perlu memberikan apresiasi dan atau penghargaan untu guru sebagai upaya mengekspresikan semangat kesatuan dalam tim. Pelatihan yang baik selalu ditindaklanjuti dengan aktivitas memberikan bimbingan, inovasi metodologi, dan pencapaian tujuan yang jelas bagi para guru.

Perubahan bisa dianggap sebagai siprit untuk maju namun juga dapat direpon sebagai ancaman. Semua sesi pelatihan guru harus mendorong guru dan menolong mereka memahami tujuan dan ekspektasi pelatihan dengan akurat. Ini bisa dianggap sebagai keterampilan penting yang sulit dipelajari, jadi kesabaran dan hikmat harus menjadi ciri-ciri program pelatihan guru dalam topik apapun.

Pelatihan guru seyogyanya dilakukan secara intensif setiap bulan. Pada setiap akhir tahun pelajaran, rapat guru tiap jenjang harus didorong agar menghasilkan lebih banyak kesempatan untuk mengkritik dan meningkatkan program yang ada. Selain masukan-masukan yang membangun, sesi ini juga menghasilkan konfirmasi yang sama dari semua guru bahwa program telah berjalan dengan baik dan atau butuh perbaikan.

Pelatihan guru yang intensif, berkelanjutan, sistematis, mendarat sesuai kebutuhan, dan selalu diupdate cara penyajiannya akan memerlukan kerja keras para guru. Namun hasil atau akibat yang dimunculkan sangat layak, karena bakal memberikan dampak luar biasa. Prestasi akademik dan nonakademik yang sudah baik dapat meningkat secara signifikan. Guru melaporkan peningkatan signifikan jumlah buku yang dibaca oleh mereka, karena pihak pimpinan senantiasa menambah koleksi dan perbendaharaan perpustakaan guru sebagai learning resources center mereka, sekaligus sebagai pengontrol untuk mengupdate wawasan guru terhadap buku-buku baru yang bermutu dalam bidang pendidikan dan nonpendidikan.

Sekolah yang baik selalu memiliki budaya membaca dari para guru yang sangat hidup dan menhidupi aspek kebiasaan yang lain. Pemahaman dan keterampilan berpikir para guru meningkat tajam dan itu seiring pula dengan kamajuan pemahaman dan keterampilan berpikir para murid di tiap kelas. Guru akan lebih mampu menggali dan mengembangkan minat baru murid-murid mereka dan kesukaan mereka untuk mandiri dalam menguasai hal tertentu. Buah terbaik dari program pelatihan guru yang terencana dengan intensif dan bermutu bisa langsung diketahui atau diketahui sampai beberapa tahun kemudian. Seperti kesukaan mereka mereka membaca Firman Tuhan, yang akan mampu menghidupi dan menghidupkan para guru menuju level kualitas yang signifikan.
Jadi adalah penting untuk menciptakan suatu kebiasaan baik. Pendidikan di sekolah selalu dijalankan untuk mempersiapkan jalan bagi lahirnya kebiasaan-kebiasaan yang sangat penting, inovatif, kreatif, dan bernilai guna kekal. Melatih diri sendiri untuk membawa kompetensi diri naik level demi level adalah sebuah keharus bagi seorang guru, yang adalah manusia pebelajar seumur hidup.

Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya (Mazmur 133). Demikian pula Tuhan akan memberikan berkat-Nya bagi mereka yang bekerja dalam kesatuan! Pelatihan guru adalah salah satu menu makanan bergizi untuk menyehatkan pikiran para guru, demi melahirkan pemikiran-pemikiran yang cemerlang untuk dunia yang makin hari makin penuh dengan problematika hidup yang kompleks ini. Iklim pelatihan guru yang terbaik selalu berpusat pada Kristus. Pelatihan guru yang dirancang dengan serius akan menghasilkan program sekolah yang bermutu, menghadirkan kesaksian yang dinamis bagi murid dan masyarakat, dan menciptakan iklim sekolah yang sehat dan senantiasa dirindukan oleh para murid.
Pelatihan guru secara tidak langsung akan berefek langsung terhadap pertumbuhan pembentukan karakter rohani dalam diri murid-murid. Para murid akan mengenali kualitas penting sebuah sekolah yang berpengaruh terhadap masa depan mereka. Para guru dapat menentukan komponen-komponen iklim sekolah yang diarahkan oleh Allah untuk membawa murid pada suasana belajar yang sehat dan dinamis. Paraa guru akan memahami pentingnya membangun relasi dengan murid-murid, bukan sekadar mentransfer ilmu melainkan mentransformasikan kehidupan mereka dalam kehidupan murid.

Dengan serius memelihara dan menumbuhkan budaya melatih diri sendiri untuk melatih orang lain, maka para guru telah belajar bagaimana menaruh prioritas mengajar dan meninggikan Firman Tuhan dalam setiap lesson plan mereka. Kebijakan dan praktek yang dilakukan oleh para guru akan selalu mencerminkan ketaatan mereka pada Allah. Ada inistiatif besar untuk selalu ingin meninggikan supremasi Kristus di seluruh aspek aktivitas sekolah. Para guru juga cakap dalam mendorong warga sekolah lainnya untuk bersandar pada Roh Kudus dalam segala hal. Guru akan mampu menghasilkan relasi yang menunjukkan kasih dan kebaikan yang diajarkan Allah. Kebiasaan dan kerajinan berdoa adalah dasar yang mencirikan semua pertumbuhan guru dan staf sekolah. (adhi)

GKI SINODE WILAYAH JATIM MEMBANGUN JEJARING UNTUK KEMAJUAN PENDIDIKAN

Sebuah Potret Kerja Keras yang Membutuhkan Spirit Bersinergi di Antara Banyak Sekolah

GKI (Gereja Kristen Indonesia) Sinode Wilayah Jawa TImur adalah salah satu dari sedikit gereja yang memberikan perhatian pada peningkatan kualitas sekolah Kristen. Setelah beberapa tahun terakhir melakukan pendampingan bagi sekolah Kristen, ada beberapa dampak yang bisa dinikmati oleh sekolah-sekolah yang dinaunginya, antara lain: YPPK Petra Jombang, YPK Elkana Pasuruan, YBPK Petra Malang, YPK Pamerdi, Kebonagung, YPPK Petra Tulungagung, YK Petra Madiun, dan YPK Petra Bojonegoro. Setelah berbagai program bantuan dan pendampingan dilakukan pada tahun 2006-2009 lalu, mulai muncul rasa memiliki (dari semua jemaat GKI di Jawa Timur) terhadap sekolah-sekolah milik jemaat GKI di Jawa Timur. Mereka merasa memiliki rasa kebersamaan di antara para pengurus yayasan, para guru, pengurus Pokja Pendidikan (kini telah berubah menjadi Departemen Pendidikan), dan BPMSW GKI SW Jawa Timur. Sekolah-sekolah itu makin dikenal (terutama visi dan misi pendidikan sekolah) melalui berbagai sosialisasi dan program bantuan. Mereka merasa ‘diopeni’ karena mendapatkan perhatian dan dukungan.

Berbagai program bantuan dan pendampingan tetap akan terus dilakukan secara berkelanjutan dan terencana/terukur, mengingat berbagai kondisi yang masih membutuhkan perhatian, seperti: Rendahnya gaji guru dan karyawan, kekurangan tenaga guru, peningkatan kualitas pendidikan, SDM sekolah, dan sarana-prasarana pendidikan di sekolah, penyesuaian yayasan atau badan hukum pendidikan, serta aspek pengelolaan sekolah, dan perlunya ‘rekrutmen’ tenaga khusus untuk Departemen Pendidikan. Departemen ini menunjukkan indikator perubahan yang bagus apalagi tercatat mulai Juli 2009 telah ada tenaga administrasi, dokumentasi, dan publikasi yang mendukung operasional kerja sehari-hari.

Yang menarik perhatian banyak pemerhati pendidikan adalah peran serta anak-anak muda yang tergabung dalam GKI on D‘Stage pada November 2009 lalu, melalui pementasan drama “Nyanyian Angsa” mereka mempersembahkan dana yang telah dikumpulkan dalam kegiatan itu lebih dari Rp 100 juta, untuk peningkatan mutu sekolah. Ini adalah bentuk komitmen kaum muda yang sangat ingin gereja memberikan perhatian lebih kepada kemajuan sekolah. Dedikasi mereka ini adalah kiprah kedua mereka, setelah cikal bakal kelompok itu yaitu Teater Imaji GKI Jemursari mempersembahkan dana hasil penjualan pentas teater “Suto Mencari Bapa” pada tahun 2008 yang hasilnya dipersembahkan khusus untuk YPPK Petra Tulungagung.


Berbagai pelatihan dan pengembangan SDM sepanjang tahun 2007 – 2009 telah dilaksanakan di berbagai kota di kawasan Jawa Timur. Peserta pelatihan dan pembinaan merasakan manfaat melalui program pengembangan ini. Bahkan mereka mengusulkan supaya Departemen Pendidikan mengadakan pelatihan dan pembinaan yang lebih intensif dan khusus untuk penyediaan kader-kader yang berkualitas.

Kunjungan ke Sekolah-sekolah mendapat sambutan baik, walaupun masih ada respon yang merasa dicampuri urusan internalnya. Tapi ini adalah bagian dari upaya pengembangan yang pasti tidak akan pernah lepas dari problematika. Sedang dipertimbangkan kelak akan ada wakil dari sekolah yang membantu mengurus Departemen Pendidikan, supaya representasi sekolah-sekolah itu menjembatani komunikasi Pokja Pendidikan dan pihak sekolah secara lebih intensif dan sesuai konteks setempat. Keberadaan wakil sekolah yang terlibat bersama akan menjadi awal dari proses pengelolaan sekolah secara bersama dan terpadu di masa depan, sementara istilahnya sekarang adalah menuju pengelolaan di bawah naungan satu payung.

Pertemuan bersama dengan para pengurus Yayasan juga digelar untuk melakukan Inventarisasi data sekolah, analisis SWOT & sharing mengenai beban pendidikan. Pertemuan dengan para pendeta yang jemaatnya memiliki sekolah juga acap kali dilakukan untuk merumuskan Visi dan Misi Pendidikan bersama sesuai kondisi setempat. Pertemuan bersama ini makin membekali proses pengelolaan sekolah secara bersama.

Menghadapi kompleksitas masalah di masa depan, Departemen Pendidikan GKI Sinwil Jatim membutuhkan tenaga-tenaga yang bisa mensuport operasional komunikasi, sosialisasi, dan pelaksanaan program di lapangan, penilik-pendamping sekolah (visitator, fasilitator, supervisor) yang berkaitan dengan proses pengelolaan sekolah, termasuk internalisasi visi dan misi di lingkungan pendidikan setempat, bahkan juga membutuhkan tenaga konsultan atau praktisi pendidikan yang berkaitan dengan proses peningkatan kualitas pendidikan, termasuk rancang bangun kurikulum, rekrutmen, pelatihan, pembinaan, dan pengembangan SDM.

Suriptono, Ph.D, Ketua Departemen Pendidikan menyebutkan tantangan yang dihadapi oleh timnya di tahun-tahun yang akan datang sekaligus menjadi PR bagi anggota tim beserta jajaran pimpinan sekolah antara lain adalah: rendahnya gaji dan karyawan, peningkatan kualitas pendidikan, SDM Sekolah, sarpras pendidikan, kebutuhan tenaga guru, kebutuhan tenaga khusu (cf. Manajer Sekolah) Departemen Pendidikan, pengelolaan terpadu (1 payung manajemen), dan kebutuhan tim penggalangan dana. Itulah yang menjadi pekerjaan berat Suriptono dan timnya di tahun 2010 – 2013. Meminjam pepatah Jepang ia menegaskan, “ Perencanaan tanpa pelaksanaan adalah mimpi, pelaksanaan tanpa perencanaan adalah malapetaka, “ demikian tutur Direktur Institute Environmental Management and Technology, Universitas Merdeka Malang (bekerjasama dengan Murdoch University) yang telah memasuki tahun ke-5nya dalam pelayanan di departemen pendidikan GKI Sinwil Jatim.

Puji Tuhan, selalu ada langkah awal untuk maju. Dan berikutnya ditentukan oleh semua stakeholder sekolah untuk membangunnya bersama-sama dengan persekutuan di dalam Kristus. (adhi)

Sumber: S. Wahyudi Lewier, pengurus Departemen Pendidikan, GKI Sinwil Jatim)

Pemimpin yang Mau Belajar

Seorang pemimpin sekolah Kristen memang harus menunjukkan atau minimal memiliki beberapa indikator yang mensyaratkan dia berkompetensi secara profesional, kepribadian yang baik, memiliki kehidupan sosial yang baik, dan kualitas pedagogiknya terpercaya. Karakterisitik yang mencirikan seorang pemimpin yang efektif antara lain indikator yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seseorang yang memiliki visi yang jelas. Ia tahu ke arah mana membawa ’kapal’nya. Komunikasinya dengan staf sangat interaktif. Ia dengan sabar mendengar orang lain berbicara. Baginya lingkungan yang aman adalah keharusan bagi komunitas sekolahnya, oleh karena itu ia dengan maksimal mengupayakan keselamatan dan kemanan sekolah ada di prioritas atas.

Pemimpin yang baik selalu mengontrol performa sekolahnya. Ia memiliki catatan-catatan lengkap dan detail mengenai perkembangan sekolahnya. Dengan terbuka ia menyampaikan kekurangan dalam pelayanan supaya ia dan tim dapat melakukan perbaikan dengan otpimal. Kerangka tujuan organisasi secara detail dikomunikasikan kepada para guru dan karyawan serta stakeholder sekolah.

Proses pembelajaran dipantaunya secara ketat. Evaluasi pengajaran adalah hal prinsipil baginya, sehingga instrumen evaluasi harus dirumuskan dengan baik jauh-jauh hari, dan terus direvisi untuk melahirkan rumusan terbaik. Koordinasi kurikulum yang dilakukan dengan sistem pemberian kepercayaan, pendelegasian, dan pengutusan, tetap dikontrol dengan baik, meski ia tidak berada di lokasi sekolah.

Pemimpin sekolah Kristen seyogyanya adalah seorang guru yang tetap menjaga kecakapan mengajarnya. Kesibukan dalam mengelola organisasi tidak melalaikannya untuk meningkatkan kemampuan mengajar. Arah program-program sekolah dan tujuan akademis dijaga supaya tetap pada track-nya. Sambil memimpin sekelompok orang untuk meraih tujuan, yang berarti ia harus berada di posisi garda depan, ia masih harus merendahkanhatinya untuk menjadi pebelajar yang terus bersemangat mempelajari hal-hal yang mengembangkan kompetensi profesionalnya.

Dengan memposisikan dirinya sebagai seorang guru (selain tentu saja ia adalah seorang pemimpin guru), seorang kepala sekolah akan dengan tulus hati mempercayai dan memperlakukan guru sebagai seorang profesional. Sekarang ini ada banyak kebijakan pengurus yayasan atau kepala sekolah yang tidak menghargai profesionalitas seorang guru, karena ia mulai menganggap guru adalah sekadar buruh atau kayawan yang bisa diatur sebagaimana seorang direktur perusahaan mengatur karyawannya. Pemimpin yang seperti itu mulai bertindak otoriter, ia menciptakan ’pengkotak-kotakan’ dalam lingkungan kerjanya, yang akhirnya membuat kreativitas gurunya melemah bahkan mati. Guru yang apatis karena tidak mendapatkan penghargaan sebagaimana mestinya dari hari ke hari makin bertambah jumlahnya.

Seorang pemimpin sekolah yang visioner mampu menerima beragam sudut pandang. Ia menghormati suara guru meski kritis sekalipun. Ia bahkan mendukung guru yang mampu mengkritisi kebijakannya karena ia juga memberi kesempatan kepada guru tersebut untuk meraih impian sesuai dengan cara-cara yang dipandangnya baik. Karena kepercayaan seperti ini, bahkan ketika guru melakukan kesalahan ia tetap memotivasi untuk mempercayakan pekerjaan yang sama untuk guru yang sama, suatu ketika ia akan mendapat penghormatan besar berupa kesetiaan dan kerja keras, sebagai rasa hormat dari guru untuk pemimpinnya yang sangat akomodatif. Mendukung guru untuk melakukan perbaikan adalah tipe seorang pemimpin yang demokratis. Ia bisa fleksibel tapi juga tegas dalam menerapkan kepemimpinan. Ia memiliki orientasi berani mengambil risiko, karena hanya dengan mencobalah seorang guru dapat menghasilkan metode pembelajaran yang uptodate dan nilai-nilai yang menguatkan karakter muridnya.
Selain kontrol manajemen internal sangat ketat, seorang pemimpin sekolah adalah profil yang cakap memberdayakan potensi eksternal. Sumber-sumber di masyarakat yang mampu mensuport tidak lepas dari jangkauannya untuk memperkaya hubungan masyarakat. Dengan pendekatan manajemen yang mengikutsertakan pihak-pihak potensial, ia telah memimpin dengan pendekatan sekolah berbasis masyarakat. Masyarakat diajaknya berpikir dan berperan serta untuk memberi warna pada sekolahnya. Sekolah yang mendapat dukungan besar dari masyarakat akan bertumbuh kembang secara pesat. Dan semua program baik dari sekolahnya juga ikut serta membangun masyakarat peduli pendidikan yang pada akhirnya meningkatkan mutu interaksi antarwarga masyarakat. Sekolah akan berkembang baik, seiring dengan perkembangan baik sebuah masyarakat modern yang masih menjaga nilai-nilai luhur dan budi pekerti. (adhi)

GURU ADALAH MENTOR BAGI MURID-MURIDNYA

Tanggung Jawab yang Mulai Terabaikan

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2: 6-7)

Sebagai Guru Kristen yang mengajar di sekolah Kristen sudah sepatutnya kita mengemban profesi bukan sekadar mengajar (menolong murid mengetahui atau memahami hal hal yang perlu mereka ketahui atau pahami), tetapi juga memuridkan (menolong murid belaiar mengikut Kristus), mementor (menjadi teman dan penasihat yang membimbing), melatih (menolong murid mengaplikasikan apa yang mereka ketahui sampai berhasil) dan mendukung mereka (menolong para murid untuk bergerak ke posisi yang memiliki pengaruh signifikan). Guru perlu memiliki moto ‘Tunjukkan & Lakukan’. Guru menunjukkan jalan atau cara (mengajarkan kebenaran), dan Guru menghidupi kebenaran (melakukan apa yang telah diajarkan).

Salah satu tugas guru di sekolah Kristen adalah memperlengkapi murid, tidak hanya dengan pengetahuan Alkitab dan pengetahuan umum, tetapi bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut dengan talenta dan karunia khusus yang telah diberikan Allah kepada mereka. Semoga ini tidak sekadar menjadi trend, sekarang ini di banyak sekolah Kristen di Indonesia baik sekolah yang sudah lama berdiri maupun sekolah-sekolah yang baru berdiri, para pimpinan mereka lebih concern dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai Alkitabiah ke dalam seluruh subjek pembelajaran. Bukan hanya melalui pelajaran Agama Kristen dan Budi Pekerti atau Kewarganegaraan dan Pembangunan Karakter.

Guru senantiasa mengajari murid bahwa kita bukan hanya pendengar Firman, tetapi juga pelaku Firman. Ketika kita menjadi makin serupa Kristus, makin dewasa dalam iman kita, kita juga harus membawa murid-murid kita dalam pertumbuhan iman. Kita memberi input ke dalam hidup mereka lewat hal apa pun.

Menemani murid-murid dan menasihati mereka untuk terus bertumbuh dengan potensi yang mereka punya, adalah aktivitas mentoring. Aktivitas yang Allah kehendaki agar kita untuk melakukannya untuk murid-murid kita setiap hari. Sangat kita pahami bahwa pemuridan dan mentoring bagi kita – seorang guru - bukanlah pilihan, tetapi perintah Tuhan. Kita harus taat dan mementor murid-murid kita, memperhatikan secara menyeluruh, membawa mereka semakin mengenal Kristus dan hidup untuk-Nya. Untuk menetapkan komunitas pembelajaran yang stabil, sebuah sekolah harus menekankan relasi antara murid dengan guru-guru mereka.

Sama seperti setiap orang dapat menjadi teman, siapapun dalam Kristus dapat dimentorkan atau menjadi mentor. Ini adalah tugas yang berat, tetapi dapat dilakukan dan efektif bagi kemuliaan-Nya. Orang Kristen yang bertumbuh, tidak harus ‘sangat-amat rohani’. Asal ada kemauan untuk saling menguatkan, berbagi kesulitan di jalan yang kita lalui dan belajar bersama melalui Firman-Nya, maka pertumbuhan iman lebih realistis dan membumi. Selalu ada progres! Harus ada komitmen satu sama lain, mengasihi dengan tulus, tanpa syarat. Jika kita semua duduk-duduk dan mengharapkan orang lain yang melakukannya, kita sedang tidak menghargai Tuhan dan mengabaikan perintah-Nya. Ini harus menjadi prioritas setiap gereja, setiap sekolah Kristen, dan setiap orang Kristen.


Kadang kala Allah membawa orang-orang ke dalam hidup Anda tanpa kita kehendaki sebelumnya. Relasi ini dapat terjadi melalui olahraga, duduk di bangku yang sama dengan orang tersebut, atau Allah mendorong Anda untuk berbicara dengan orang itu. Profesor Timothy Heaton, seorang Dosen Universitas Cedarville, Ohio, US pernah mengalami ini, seperti yang dituturkannya kepada saya dalam suatu sesi yang membahas tentang pentingnya mendampingi anak-anak muda.

Tim bertemu dengan seroang anak muda di meja makan dalam sebuah makan siang di kampus. Mereka merasakan kecocokan minat dan juga Tim tahu bahwa anak muda itu ingin menginginkan seorang pria Kristen yang lebih tua untuk memberi masukan dalam hidupnya. Dia bercerita karena dia seorang bintang bola basket, mengambil jurusan Alkitab dan adalah Ketua Persekutuan Mahasiswa, banyak orang mengira dia memiliki semuanya, tetapi dia tidak dan dia ingin dimuridkan/dimentor dalam iman oleh seorang Kristen dewasa, tapi tidak pernah tahu bagaimana meminta seseorang dan tidak ada yang menawarinya sampai saya mengajaknya makan. Lalu Tim bertanya apa yang bisa saya doakan baginya.

Mereka (Tim dan mahasiswa itu) bertemu sepanjang sisa semester tersebut dalam beberapa makan siang, dan melakukan renungan online bersama, berbagi pemikiran. Karena tinggal dekat mereka bertemu beberapa kali setelah anak muda ini lulus. Mereka tetap berelasi dan saling memberi masukan dalam hidup. Sekarang anak muda ini sudah menikah dengan satu anak, memiliki gelar Master Teologi dan mengajar pelajaran Agama Kristen di sekolah Kristen di Texas, tetapi mereka masih rutin berbagi melalui e-mail dan telepon. Relasi mereka masih bertumbuh seperti langkah kita bertumbuh bersama Tuhan. Mereka tidak pernah berhenti berbagai permohonan doa dan beban pribadi satu sama lain. Demikian cerita tentang Tim, saya langsung menangkap pesan penting ini. Dan ini adalah pengalaman konkrit yang bagus sekali.

Untuk menjadi teladan, seorang guru harus dikenal lebih dekat. Kita perlu dikenal dalam suasana yang rileks. Ini dapat terjadi melalui pengalaman dan berbicara terbuka tentang isu-isu hangat sambil bersenang-senang. Anak-anak muda akan terkesan jika Anda menjadi diri Anda sendiri tanpa pura-pura atau kemunafikan. Teladan mempengaruhi orang lain dengan menghidupi iman, mengambil keputusan, menunjukkan kepercayaan atau kepedulian terhadap sesama.

Menjadi mentor mereka berarti kita akan menjadi seorang teman yang: memahami masa lalu mereka, menerima mereka apa adanya, melihat kebaikan dalam mereka, sangat mendorong mereka untuk bertumbuh, berdoa secara teratur bagi mereka, menolong mereka berjalan bersama Tuhan, dan menolong mereka belajar mengasihi sesama. Mentor melakukan komunikasi dua arah dengan jujur dan terbuka dalam percakapan dan menjadi pendengar yang sabar dan penuh perhatian.

Contoh positif mentor: mendedikasikan hidupnya mengajarkan Firman melalui bidang studi yang diajarkannya, atau hal apa pun yang ditemui, memuja Allah apapun yang terjadi, berani bertindak bagi Yesus, menjalani apa yang ia katakan, tidak peduli dengan pandangan orang lain, memuliakan Allah dalam segala hal, mengasihi Allah dan menjalani Kehidupan Kristen, menunjukkan bahwa Anda bisa saleh dan menyenangkan pada saat yang sama, dan menunjukkan kesetiaan dalam Tuhan.

Biasanya para mentee menyukai mentor yang punya kualitas karkater positif, antara lain: pintar, baik, lucu, jujur, bertanggung jawab, sabar, memberikan hidup bagi pelayanan, telah melewati masa-masa sulit tetapi tetap percaya pada Tuhan, tidak pernah membiarkan apapun mengganggu, mengakui dosa, dan selalu rendah hati. Kita tidak musti memiliki semua itu, tapi kita bisa bertumbuh terus bertambah baik setiap hari.

Mulailah berbagi apa yang dikaruniakan Allah kepada Anda untuk orang lain. Teruskan apa yang telah Anda pelajari dari hidup Anda dalam Kristus. Berdoalah bagi murid-murid Anda supaya mereka berhasil karena Anda tahu ketika mereka menang, kita juga menang. Selamat mewujudkan kebenaran-kebenaran ini dalam diri Anda. (1) membagikan karunia kekudusan melalui motivasi yang benar, (2) menambahkan rasa kebenaran melalui kata-kata yang penuh karunia, dan (3) meneladankan integritas moral untuk menghadapi keterpurukan moral. Mentoring dapat digunakan untuk menghubungkan generasi satu ke generasi selanjutnya.

Marilah menjadi Guru yang menguasi bahan ajar dan dapat mengajarkan kepada murid dengan baik. Namun juga menjadi guru yang cakap mementor murid-murid kita. Karena dengan mementor mereka, kehidupan menuju kualitas lebih baik, dapat dialami secara langsung dan dicapai secara bersama, antara Guru sebagai Mentor dan Murid Anda sebagai Mentee. Anda sebagai pemegang obor yang akan diterima oleh murid Anda untuk menerangi zamannya dan ia juga menerima tongkat estafet dari Anda untuk menyelesaikan perjuangan hidup di hari depan.

Selamat mementor murid Anda! (adhi)

Sumber bacaan: www.passingthebaton.org)