Selasa, 24 Maret 2009

Sharing tentang Classroom Discipline di Pekanbaru, Palu, dan Batam (2)


Bersama para guru di Pekanbaru (24 Februari), Palu (21 Maret) dan Batam (1 Mei 2009) saya sharing tentang Classroom Discipline. Sebuah topik diskusi dan seminar yang barangkali tidak begitu disukai oleh para guru. Dugaan saya salah, karena di beberapa kota tersebut para guru sangat antusias untuk menggali lebih dalam dalam seminar One Day Education yang digelar oleh ACSI Indonesia.
Puisi anonim yang tertera di buku "100 Ide Mendisiplinkan Anak-anak" terbitan ACSI ini sangat mampu mengingatkan para guru untuk lebih waspada dalam mendisiplinkan anak didik mereka.

Segumpal tanah liat
Kuambil segumpal tanah liat
Kubentuk dengan santai suatu hari
Dan saat jari-jariku menekannya,
Tanah liat itu terbentuk seperti yang kumau

Waktu berlalu dan ketika kudatang lagi,
Tanah liat itu telah mengeras,
Bentuk yang kubuat masih tampak,
Namun ku tak dapat mengubahnya lagi

Kuambil segumpal tanah liat hidup
Kubentuk dengan lembut hari demi hari
Kubentuk dengan dorongan dan rasa seniku
Hati seorang anak yang lembut dan mudah dibentuk

Beberapa tahun kemudian ketika kudatang lagi,
Kulihat seorang dewasa,
Bentuk yang kubuat masih tampak,
Namun ku tak dapat mengubahnya lagi.


Penyebab utama kegagalan menerapkan disiplin di kelas, adalah: 100 % guru tidak konsisten, 95 % perencanaan guru yang tidak efektif, dan 91 % sikap kurang hormat murid kepada guru. Dan masalah kedisiplinan yang paling sering terjadi di sekolah Kristen, adalah: pembicaraan dan kehadiran di kelas yang tidak terkontrol, kurangnya sikap hormat kepada guru, ketidakjujuran
Perlawanan pasif dan ketidakpatuhan, dan perlilaku yang menentang.

Sudah sepatutnya Guru sebagai Pementor Kedisiplinan terus menjadi Teladan dalam kedisiplinan, bersama belajar disiplin dengan murid, mencari solusi bersama, melakukan aktivitas pendisiplinan secara bersama, mau mengoreksi secara bersama, terbuka dan saling menguatkan.
Yang perlu kita lakukan sebagai Guru yang mementor kedisiplinan, adalah: fokus pada apa yang lebih penting dalam hidup, menunjukkan mengapa waktu untuk bertindak adalah sekarang, mengungkapkan pengaruh positif luar biasa yang dapat Anda lakukan tiap hari, membebaskan diri dari kegelisahan dan menunjukkan bagaimana mempengaruhi murid dengan cara yang alami dan menyenangkan, serta memperlengkapi Anda dengan keahlian nyata dan praktis untuk meneruskan tongkat estafet kepada murid sebagai generasi selanjutnya.
Will Durant mengatakan: “(TRANSFORMASI) Dari cara hidup barbar ke peradaban membutuhkan satu abad; dari peradaban ke cara hidup barbar hanya membutuhkan satu hari." Transformasi kedisiplinan yang secara alami mengalir dari diri kita bukanlah beban yang harus dipikul, melainkan talenta yang harus dibagikan.
Pendisiplinan adalah melatih dan memelihara seorang anak, dalam hal pikiran, tubuh, dan karakter yang memampukan dia untuk menjadi seorang anggota masyarakat yang dapat mengendalikan diri, bersifat membangun, dan produktif. Kunci untuk mendisiplinkan anak-anak adalah meneladani sikap yang serupa dengan Kristus. Pendisiplinan adalah suatu proses berkelanjutan atau seumur hidup, pengendalian oleh guru perlahan-lahan memberikan jalan kepada pengendalian oleh Allah atau pengendalian diri secara Kristiani. Firman Allah menyatakan adanya bagian yang menyakitkan dari proses pendisiplinan: “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya (Ibrani 12:11).”
Walaupun pendisiplinan mungkin mendatangkan dukacita, itu adalah salah satu ungkapan kasih yang paling sempurna dan indah. Ini merupakan sebuah sumber untuk membentuk hidup dalam gambaran Kristus dan mempersiapkan orang-orang muda untuk melayani-Nya.

Disiplin di dalam Kelas (1)

Pemahaman yang baik atas Good Discipline sangat dibutuhkan oleh para Guru zaman ini. Era di mana para murid memiliki kecenderungan lebih bebas dalam aktivitas segala hal. Pendisiplinan yang baik penting bagi sebuah kelas (komunitas sekolah) untuk mencapai misinya yang mengubah dan memperlengkapi kehidupan. Disiplin yang baik adalah hasil dari: sebuah hubungan yang menghormati dan mengasihi, sebuah aliran pengambilan keputusan yang tepat, dan sebuah visi tentang kehendak Allah.

Terdapat batu-batu pondasi untuk merancang sebuah rencana pendisiplinan. Prinsip-prinsip Alkitabiah, antara lain terdapat dalam Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Ibrani 12:6 “karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Amsal 1:3 “untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran”

Kemurahan hati/belas kasihan ditunjukkan dengan pelbagai cara, yakni: Pengakuan sukarela (murah hati/belas kasih maksimum), Pengakuan ketika ditanya (murah hati/belas kasihan yang biasa saja), dan Pengakuan setelah diperhadapkan dengan bukti (sedikit murah hati/belas kasihan). Pendisiplinan yang baik tidak terjadi secara otomatis. Sebuah hati pemberontak adalah kondisi yang umum. Tetapi keefektifan dalam keterampilan mendisiplinkan dapat dipelajari oleh semua orang. Hubungan, konsistensi, dan suatu visi tentang rencana Allah bagi anak manusia.
Ibrani 10:24-25, “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”