Kamis, 04 Juni 2009

Menuntun Para Guru Mencapai Keunggulan

REVIEW BUKU BARU
Menuntun Para Guru Mencapai Keunggulan

Di toko buku atau di rak perpustakaan Anda, banyak tersedia buku pendidikan tetapi mungkin sangat sedikit buku tentang pendidikan Kristen. Lebih sedikit lagi buku yang membahas tentang panduan untuk guru agar siap disupervisi atau bagaimana supervisi yang ideal yang perlu dilakukan oleh seorang kepala sekolah Kristen atau bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama dalam proses supervisi yang efektif. Melihat perkembangan kepadatan tugas profesional yang mustinya dilakukan oleh seorang guru, sudah selayaknya sebuah sekolah Kristen yang baik memiliki sistem supervisi yang dilakukan secara sistematis dan memiliki signifikansi yang tinggi terhadap kemajuan prestasi kerja guru dan prestasi belajar murid. Dalam buku ini terdapat banyak ide yang mencerminkan pemikiran baru dan mengupas teori dan hasil penelitian terbaru di bidang supervisi pengajaran. Buku ini tidak mengulangi gagasan yang telah dikenal. Tidak juga berdasarkan hasil penelitian yang bersifat teoretis, namun betul-betul sangat aplikatif.
Dalam buku “Menuntun Para Guru Mencapai Keunggulan”, penulis membahas teori dan praktek supervisi pendidikan bersama-sama tanpa suatu batasan. Setelah membaca buku ini, Anda akan mengerti lebih jelas mengenai tanggung jawab Anda sebagai seorang supervisor yang berhikmat. Anda juga akan diperlengkapi dengan baik agar dapat melaksanakan tugas Anda untuk menolong guru-guru Kristen agar dapat menjadi lebih baik.
Gordon Brown, penulis buku ini telah mengajar selama dua belas tahun di perguruan tinggi dan mengajar supervisi dengan teratur pada mahasiswa. Disertasinya di University of Miami (Florida) meneliti topik “Perilaku Pemimpin dan kohesivitas guru di sekolah Kristen”. Jelas ia bersinggungan dengan teori dan penelitian. Tambahan lagi, Dr. Brown melayani selama sembilan tahun sebagai Direktur di sebuah sekolah Kristen. Ia mengobservasi kelas, mengevaluasi para guru, melakukan konferensi dengan staf untuk menolong mereka bertumbuh secara kerohanian dan profesional.
Pembahasan buku tentang supervisi ini memiliki tiga komponen, yaitu (1) Membentuk kerangka kerja bagi supervisi (Bab 1 – 5), (2) Membangun orang – orang yang terlibat dalam kegiatan supervisi (Bab 6 – 9), dan (3) Menerapkan tehnik – tehnik supervisi (Bab 10 – 18).
Dalam Bagian 1, pembaca akan disuguhi penjelasan seputar dasar alkitabiah kegiatan supervisi, memahami kebijaksanaan supervisi sekolah, peranan deskripsi kerja guru yang ternyata sangat diperlukan dalam mencapai ekspektasi keberhasilan, merencanakan pembedaan supervisi untuk kategori guru yang berbeda, dan bagaimana membuat putaran kunjungan kelas teratur dan serta perlunya pengadaan konferensi secara berkala.
Pada bagian yang kedua, pembaca makin termotivasi dalam menerapkan pembelajaran karena dalam bab ini dijelaskan bagaimana menjadi supervisor yang efektif, meningkatkan kualitas diri, menjadi supervisor yang efektif, pelaksanaan pengajaran yang efektif, memotivasi guru meraih kemajuan dan bagaimana mengembangkan sarana peningkatan diri guru.
Bagian yang ketiga ditulis untuk berbagai kepentingan. Ulasan tentang prinsip - prinsip konferensi bersama guru oleh kepala sekolah, ditulis Brown untuk menegaskan bahwa kegiatan pengajaran di kelas juga harus tetap disertai diskusi-diskusi intensif antara guru dan kasek sebagai alat evaluasi selama melakukan proses mengajar sepanjang tahun. Tulisan lain dalam bab ini sangat diperlukan oleh guru untuk mengobservasi kelas, dan bagaimana kepala sekolah melakukan supervisi atas guru pemula / baru, guru terlatih, dan supervisi atas guru ahli. Penulis juga menekankan pentingnya evaluasi tahunan guru sebagai alat kontrol proses dan hasil guru bekerja.
Selamat membaca.

Menemani Anak Bertumbuh Dalam Kebiasaan Belajar Di Rumah

Menemani Anak Bertumbuh Dalam Kebiasaan Belajar Di Rumah

Pengalaman pindah rumah yang berujung memindahkan anak-anak saya dari Sekolah Petra ke sekolah negeri, karena alasan jarak yang sangat jauh dari rumah ke Petra terdekat, memang sebuah pengalaman sangat bagus bagi saya.. Saya jadi mengerti bahwa Petra masih punya iklim pembiasaan belajar yang bagus, pembiasaan belajar di sekolah mengalir hingga terbawa ke rumah. Dari pengalaman belajar yang cukup mandiri dan sistematis di Petra lalu berubah ke pengalaman belajar yang tergantung dan kurang punya ekspektasi tinggi untuk belajar, itu dialami anak pertama saya. Maka ketika hampir menuntaskan kelas enam pun, saya tidak segan lagi ‘membawa’nya ke Petra meskipun untuk itu dia bakal menempuh jarak yang lumayan jauh dan waktu yang terbuang banyak di jalan dan energi yang tentu lebih banyak terkuras.

Pengalaman menghadapi anak yang mulai menghilangkan kebiasaan baiknya dalam belajar gara-gara sekolah barunya tidak lagi punya pembiasaan belajar yang baik, menjadikan saya berusaha keras bagaimana membuat anak-anak saya lebih mandiri dan berinisiati dalam belajar.

Saya mulai menunjukkan perhatian dan ketertarikan pada upaya belajarnya, lebih ketat dari sebelumnya. Saya tidak hanya membiasakan bertanya: “Bagaimana pelajaran di sekolah hari ini?” tapi juga menawarakan bantuan, apa yang saya bisa bantu untuk mengerjakan pekerjaannya yang sulit. Saya berusaha untuk berinteraksi dengan lebih intensi ketika dia harus menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Saya tidak lagi meminta dia untuk mengerjakan pekerjaannya sendirian, kadang saya ada di ruangan yang sama dengannya. Hal ini tergantung pada seberapa perlu saya menyediakan diri untuk tempat bertanya.
Mengajarkannya untuk lebih terampil mengorganisasi baru-baru ini saya melakukan. Pada umumnya mengerjakan sesuatu secara tidak teratur dan tidak rapi. Saya mulai mengajarnya untuk tertib dan bertamnggungjawab, pada saat dia berekreasi dengan teman-teman sekolahnya. Saya minta dia membuat laporan sederhana uang yang dipakainya selama rekreasi. Ia tidak bisa menyimpan ingatan segala-galanya dalam otaknya, ia perlu dibiasakan untuk mencatat sesuatu yang penting yang musti dilakukannya.

GURU ADALAH MENTOR BAGI MURID-MURIDNYA

GURU ADALAH MENTOR BAGI MURID-MURIDNYA
Tanggung Jawab yang Mulai Terabaikan
Oleh: Adhi K.

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. (Kolose 2: 6-7)

Sebagai Guru Kristen yang mengajar di sekolah Kristen sudah sepatutnya kita mengemban profesi bukan sekadar mengajar (menolong murid mengetahui atau memahami hal‑hal yang perlu mereka ketahui atau pahami), tetapi juga memuridkan (menolong murid belaiar mengikut Kristus), mementor (menjadi teman dan penasihat yang membimbing), melatih (menolong murid mengaplikasikan apa yang mereka ketahui sampai berhasil) dan mendukung mereka (menolong para murid untuk bergerak ke posisi yang memiliki pengaruh signifikan). Guru perlu memiliki moto ‘Tunjukkan & Lakukan’. Guru menunjukkan jalan atau cara (mengajarkan kebenaran), dan Guru menghidupi kebenaran (melakukan apa yang telah diajarkan).

Salah satu tugas guru di sekolah Kristen adalah memperlengkapi murid, tidak hanya dengan pengetahuan Alkitab dan pengetahuan umum, tetapi bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut dengan talenta dan karunia khusus yang telah diberikan Allah kepada mereka. Semoga ini tidak sekadar menjadi trend, sekarang ini di banyak sekolah Kristen di Indonesia baik sekolah yang sudah lama berdiri maupun sekolah-sekolah yang baru berdiri, para pimpinan mereka lebih concern dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai Alkitabiah ke dalam seluruh subjek pembelajaran. Bukan hanya melalui pelajaran Agama Kristen dan Budi Pekerti atau Kewarganegaraan dan Pembangunan Karakter.

Pelayanan mentoring yang secara alami mengalir dari Anda, sebagai Guru, bukanlah beban yang harus dipikul, melainkan talenta yang harus dibagikanGuru senantiasa mengajari murid bahwa kita bukan hanya pendengar Firman, tetapi juga pelaku Firman. Ketika kita menjadi makin serupa Kristus, makin dewasa dalam iman kita, kita juga harus membawa murid-murid kita dalam pertumbuhan iman. Kita memberi input ke dalam hidup mereka lewat hal apa pun.

Menemani murid-murid dan menasihati mereka untuk terus bertumbuh dengan potensi yang mereka punya, adalah aktivitas mentoring. Aktivitas yang Allah kehendaki agar kita untuk melakukannya untuk murid-murid kita setiap hari. Sangat kita pahami bahwa pemuridan dan mentoring bagi kita – seorang guru - bukanlah pilihan, tetapi perintah Tuhan. Kita harus taat dan mementor murid-murid kita, memperhatikan secara menyeluruh, membawa mereka semakin mengenal Kristus dan hidup untuk-Nya. Untuk menetapkan komunitas pembelajaran yang stabil, sebuah sekolah harus menekankan relasi antara murid dengan guru-guru mereka.

Sama seperti setiap orang dapat menjadi teman, siapapun dalam Kristus dapat dimentorkan atau menjadi mentor. Ini adalah tugas yang berat, tetapi dapat dilakukan dan efektif bagi kemuliaan-Nya. Orang Kristen yang bertumbuh, tidak harus ‘sangat-amat rohani’. Asal ada kemauan untuk saling menguatkan, berbagi kesulitan di jalan yang kita lalui dan belajar bersama melalui Firman-Nya, maka pertumbuhan iman lebih realistis dan membumi. Selalu ada progres! Harus ada komitmen satu sama lain, mengasihi dengan tulus, tanpa syarat. Jika kita semua duduk-duduk dan mengharapkan orang lain yang melakukannya, kita sedang tidak menghargai Tuhan dan mengabaikan perintah-Nya. Ini harus menjadi prioritas setiap gereja, setiap sekolah Kristen, dan setiap orang Kristen.

Tujuan Anda sebagai seorang mentor adalah melayani. Mentoring bukanlah sebuah cara untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri Anda sebagai seorang guru, tetapi adalah berjalan dengan seorang yang lebih muda ketika mereka tumbuh dan makin serupa Kristus. Tujuan Anda sebagai seorang mentor tidak boleh untuk membentuk murid Anda sesuai dengan gambaran Anda, tetapi untuk mendorongnya menjadi makin serupa dengan gambar Allah.
Kadang kala Allah membawa orang-orang ke dalam hidup Anda tanpa kita kehendaki sebelumnya. Relasi ini dapat terjadi melalui olahraga, duduk di bangku yang sama dengan orang tersebut, atau Allah mendorong Anda untuk berbicara dengan orang itu. Profesor Timothy Heaton, seorang Dosen Universitas Cedarville, Ohio, US pernah mengalami ini, seperti yang dituturkannya kepada saya dalam suatu sesi yang membahas tentang pentingnya mendampingi anak-anak muda.

Tim bertemu dengan seroang anak muda di meja makan dalam sebuah makan siang di kampus. Mereka merasakan kecocokan minat dan juga Tim tahu bahwa anak muda itu ingin menginginkan seorang pria Kristen yang lebih tua untuk memberi masukan dalam hidupnya. Dia bercerita karena dia seorang bintang bola basket, mengambil jurusan Alkitab dan adalah Ketua Persekutuan Mahasiswa, banyak orang mengira dia memiliki semuanya, tetapi dia tidak dan dia ingin dimuridkan/dimentor dalam iman oleh seorang Kristen dewasa, tapi tidak pernah tahu bagaimana meminta seseorang dan tidak ada yang menawarinya sampai saya mengajaknya makan. Lalu Tim bertanya apa yang bisa saya doakan baginya.

Mereka bertemu sepanjang sisa semester tersebut dalam beberapa makan siang, dan melakukan renungan online bersama, berbagi pemikiran. Karena tinggal dekat mereka bertemu beberapa kali setelah anak muda ini lulus. Mereka tetap berelasi dan saling memberi masukan dalam hidup. Sekarang anak muda ini sudah menikah dengan satu anak, memiliki gelar Master Teologi dan mengajar pelajaran Agama Kristen di sekolah Kristen di Texas, tetapi mereka masih rutin berbagi melalui e-mail dan telepon. Relasi mereka masih bertumbuh seperti langkah kami bersama Tuhan bertumbuh. Mereka tidak pernah berhenti berbagai permohonan doa dan beban pribadi satu sama lain. Demikian cerita tentang Tim, saya juga langsung menangkap pesan penting ini.

Matius 28:18-20 Yesus mendekati mereka dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Untuk menjadi teladan, seorang guru harus dikenal lebih dekat. Kita perlu dikenal dalam suasana yang rileks. Ini dapat terjadi melalui pengalaman dan berbicara terbuka tentang isu-isu hangat sambil bersenang-senang. Anak-anak muda akan terkesan jika Anda menjadi diri Anda sendiri tanpa pura-pura atau kemunafikan. Teladan mempengaruhi orang lain dengan menghidupi iman, mengambil keputusan, menunjukkan kepercayaan atau kepedulian terhadap sesama.

Menjadi mentor mereka berarti kita akan menjadi seorang teman yang: memahami masa lalu mereka, menerima mereka apa adanya, melihat kebaikan dalam mereka, sangat mendorong mereka untuk bertumbuh, berdoa secara teratur bagi mereka, menolong mereka berjalan bersama Tuhan, dan menolong mereka belajar mengasihi sesama. Mentor melakukan komunikasi dua arah dengan jujur dan terbuka dalam percakapan dan menjadi pendengar yang sabar dan penuh perhatian.

Contoh positif mentor: mendedikasikan hidupnya mengajarkan Firman melalui bidang studi yang diajarkannya, atau hal apa pun yang ditemui, memuja Allah apapun yang terjadi, berani bertindak bagi Yesus, menjalani apa yang ia katakan, tidak peduli dengan pandangan orang lain, memuliakan Allah dalam segala hal, mengasihi Allah dan menjalani Kehidupan Kristen, menunjukkan bahwa Anda bisa saleh dan menyenangkan pada saat yang sama, dan menunjukkan kesetiaan dalam Tuhan.

Biasanya para mentee menyukai mentor yang punya kualitas karkater positif, antara lain: pintar, baik, lucu, jujur, bertanggung jawab, sabar, memberikan hidup bagi pelayanan, telah melewati masa-masa sulit tetapi tetap percaya pada Tuhan, tidak pernah membiarkan apapun mengganggu, mengakui dosa, dan selalu rendah hati. Kita tidak musti memiliki semua itu, tapi kita bisa bertumbuh terus bertambah baik setiap hari.

Mulailah berbagi apa yang dikaruniakan Allah kepada Anda untuk orang lain. Teruskan apa yang telah Anda pelajari dari hidup Anda dalam Kristus. Berdoalah bagi murid-murid Anda supaya mereka berhasil karena Anda tahu ketika mereka menang, kita juga menang. Selamat mewujudkan kebenaran-kebenaran ini dalam diri Anda. (1) membagikan karunia kekudusan melalui motivasi yang benar, (2) menambahkan rasa kebenaran melalui kata-kata yang penuh karunia, dan (3) meneladankan integritas moral untuk menghadapi keterpurukan moral. Mentoring dapat digunakan untuk menghubungkan generasi satu ke generasi selanjutnya.

Marilah menjadi Guru yang menguasi bahan ajar dan dapat mengajarkan kepada murid dengan baik. Namun juga menjadi guru yang cakap mementor murid-murid kita. Karena dengan mementor mereka, kehidupan menuju kualitas lebih baik, dapat dialami secara langsung dan dicapai secara bersama, antara Guru sebagai Mentor dan Murid Anda sebagai Mentee. Anda sebagai pemegang obor yang akan diterima oleh murid Anda untuk menerangi zamannya (passing the torch). Ia juga menerima tongkat estafet dari Anda untuk menyelesaikan perjuangan hidup di hari depan (passing the baton).

Selamat mementor murid Anda!

* Adhi Kristijono, M.Pd adalah Trainer dan Koordinator Program Pendidikan di Association of Christian School International (ACSI Indonesia).