Senin, 21 Februari 2011

PENDEKATAN BARU DALAM PEMBELAJARAN





Adhi Kristijono, M.Pd

Dalam buku 100 Ide Efektif untuk Mendisiplinkan Anak, dituliskan bahwa penyebab utama kegagalan menerapkan disiplin di kelas, antara lain adalah: 100 % guru tidak konsisten, 95 % perencanaan guru yang tidak efektif, dan 91 % sikap kurang hormat murid kepada guru.

Ditambahka lebh lanjut dalam Kuesioner Guru ACSI, bahwa Masalah kedisiplinan yang paling sering terjadi di sekolah: Pembicaraan dan kehadiran di kelas yang tidak terkontrol, Kurangnya sikap hormat kepada guru, Ketidakjujuran, Perlawanan pasif dan ketidakpatuhan, dan Perilaku yang menentang.

Guru sebagai Pementor Kedisiplinan memang mempunya tugas yang cukup kompleks. Sambil mengajar, ia menjadi Teladan dalam kedisiplinan, Bersama belajar disiplin dengan murid, Mencari solusi bersama, Melakukan bersama, Mengoreksi bersama, dan Terbuka dan saling menguatkan.

Contoh konkit menerapakan EVALUASI DAN RENCANA KERJA dalam sebuah sekolah: Jika workshop pengembangan profesi dilakukan pada bulan JANUARI, maka guru perlu memeriksa setiap metode mereka dalam mendisiplin siswa di bulan JAN – FEB. Guru harus mengkoordinasikan setiap upaya, dan menyusun rencana penerapan untuk awal tahun ajaran pada bulan MAR – MEI. Lalu ia menjadwalkan session berseri yang akan membuat para guru mengevaluasi dan menyempurnakan setiap usaha mereka pada bulan JUN – JULI. Sehingga kegiatan IMPLEMENTASI MANAJEMEN KELAS dapat dilaksanakan pada bulan JULI – JUNI.

Dalam buku With All Due Respect, (Dengan segala rasa hormat), RONALD G. MORRISH, ACSI Indonesia, 2009, tertulis bahwa Setiap inisiatif baru menambah beban kerja.... Tetapi disiplin yang efektif adalah sebuah investasi.

Waktu dan tenaga ekstra yang dikeluarkan, terutama pada permulaan tahun ajaran,
akan terbayarkan berlipat ganda pada sepanjang waktu selanjutnya....

CONTOH KASUS:
Inilah yang terjadi: Pada bulan pertama di tahun ajaran baru tersebut, insiden pelanggaran kedisiplinan telah turun mencapai 85%. Sebuah pencapaian yang cukup signifikan dan membutuhkan keterlibatan pihak administratif. Kemajuan ini dipertahankan hingga 55% di sepanjang tahun. (Setiap hal baru biasanya diawali dengan tingkat intesitas yang sangat tinggi, namun kemudian berangsur berubah pada level yang lebih bisa dipertahankan). Dalam evaluasi tindak lanjut, para guru melaporkan beberapa kemajuan yang telah dicapai sebagai berikut: Siswa mengerjakan tugas-tugas lebih cepat, Tidak ada kejadian menonjol, Lebih sedikit hukuman, dan Lebih sedikit kasus yang dilimpahkan ke kantor. Para siswa dan staf sekolah lebih menunjukkan rasa hormat
Siswa yang ‘tidak menunjukkan rasa hormat’ tersisih. Kualitas kerja meningkat. Diantara staf lebih merasa senasib dan lebih dapat bekerja sama. Para guru merasa lebih berotoritas, berkuasa dan berkompenten. Paradigma Kedisiplinan:
DI MASA LALU (SEKARANG masih ada): disiplin artinya ketaatan, yaitu sebuah bentuk khusus dari kepatuhan dimana anak-anak secara pasif tunduk kepada otoritas. Mereka melakukan apa saja yang disuruh, tanpa melalukan diskusi atau tindakan apapun. Pendapat mereka tidak diindahkan atau dihormati.
Kedisiplinan: Di sekolah, ‘hukuman/strap’ digunakan untuk menjaga kedisiplinan.
Banyak orang masih mendukung penggunaan tehnik ini, terutama karena intimidasi memberi dampak yang kuat dalam waktu singkat. Namun dalam jangka panjang, tehnik ini dapat menciptakan kemarahan besar dan pemberontakan. Keprihatinan yang lain adalah banyaknya orang muda yang memberontak melawan kekuasaan orang dewasa yang berlebihan atas mereka.

Paradigma lain:
Masyarakat akhirnya berubah dan menjauhi penggunaan kekuatan fisik.

INDIKATOR:
Orang dewasa dinasihati untuk mengizinkan anak mereka untuk mengekspresikan diri.
Permusuhan dan konfrontasi adalah saluran kemarahan yang sehat. (?)
Perkataan yang kasar merupakan sebuah ekspresi pribadi. (?)

Paaradigma lain:
Teori yang populer ini menyatakan:
bahwa ‘kita hanya dapat memberi dan memberi kepada anak-anak tanpa meminta apapun. Dan jika kita memperlakukan mereka seperti orang dewasa, mereka akan menghargai dan membalasnya’. Walaupun teori ini kedengaran bodoh, jutaan orang tua menerimanya. Mereka membesarkan anak-anak dengan situasi ‘permisif’, yang akhirnya menjadikan anak mereka benar-benar manja dan nakal. Paradigma lain: Para peneliti meyakinkan bahwa apa yang terjadi setelah terjadinya sebuah perilaku sangat penting dalam proses pembentukan perilaku.

Sebuah perilaku yang mendapatkan penguatan positif tampaknya akan lebih banyak terjadi dimasa depan. Sebuah perilaku yang dihukum atau diberi konsekuensi (penguatan negatif) akan jarang terjadi lagi dimasa mendatang.
Paradigma ttg kedisiplinan: Kita memberi tahu anak-anak apa yang harus dilakukan.
Jika mereka melakukannya, kita memberikan penghargaan khususnya pujian.
(Sejumlah besar penghargaan dan konsekuensi bersifat verbal, karena mudah dan cepat). Selain pujian, kita memberikan hak istimewa, sesuatu yang menyenangkan, poin, stiker dan bintang.

Jika anak menolak melakukan apa yang diperintahkan, maka konsekuensi digunakan, khususnya dimarahi (verbal). Konsekuensi lainnya adalah pengurangan waktu bebas, pengurangan hak istimewa, poin dan lain-lain.

Paradigma lain: Kebebasan memilih dan hak-hak pribadi menjadi persoalan utama di dalam masyarakat. Para pembela anak menyatakan bahwa kekuasaan orang tua yang berlebihan yang melekat pada teori perubahan perilaku tidak dapat diterima. Mereka menyarankan bahwa anak-anak harus diizinkan memiliki pilihan sendiri.
Teori ini mengatakan bahwa anak-anak akan belajar untuk menghormati dan bertanggung jawab dengan mengalami hasil dari pilihan mereka.

Manajemen Perilaku: Para orang dewasa diperintahkan untuk membimbing anak-anak, bukan menguasai mereka. Jika anak-anak membuat keputusan yang baik, orang dewasa harus menghargai mereka, dan terus mendorong mereka membuat keputusan-keputusan yang baik kelak. Jika anak-anak memilih sesuatu yang buruk, konsekuensi akan diterapkan untuk menghindarkan perilaku tersebut di masa yang akan datang. Pendekatan ini disebut manajemen perilaku.

Manajemen Kelas: Sistem ini diadopsi untuk digunakan di lingkungan sekolah dengan menambahkan strategi terkait untuk mengelola kelompok besar,
mengatur perilaku yang ditugaskan, dan mengorganisir kelas. Pendekatan khusus ini disebut manajemen kelas sistem ini digunakan oleh sebagian besar guru di sekolah-sekolah pada masa kini. Dasar tehnik manajemen perilaku terus digunakan untuk mengurus siswa baik secara pribadi atau dalam kelompok kecil

Pendekatan Penemuan: Para pendidik mengadopsi teknik manajemen dengan sangat cepat, sebagian karena metodologi ini cocok dengan kegerakan utama yang sedang berlangsung dalam dunia pendidikan, yaitu gerakan “pendekatan penemuan” untuk pembelajaran.

Pendekatan ini dibangun ketika menjadi jelas bahwa dalam dunia yang kaya informasi, anak tidak akan belajar sesuatu apapun yang mereka butuhkan jika orang dewasa hanya mengguyurkannya ke otak mereka. Malahan penting sekali untuk mengajari anak bagaimana untuk belajar.

Pendekatan Penemuan: Lingkungan sekolah ditata ulang dalam upaya untuk mendorong terjadinya eksplorasi, eksperimen dan penemuan personal
Sebuah perubahan yang dibuat berdasarkan pada sebuah kepercayaan bahwa informasi dan konsep yang dipelajari melalui pengalaman pribadi akan diingat lebih lama dan dimengerti lebih baik. Walaupun hal ini secara umum benar, namun telah didemonstrasikan secara luas bahwa instruksi langsung juga benar-benar penting.
Guru yang baik akan menggabungkan pendekatan – pendekatan mereka untuk mengakomodasi model pembelajaran yang berbeda-beda.

Kesamaan: Perhatikan kesamaan antara pendekatan penemuan dengan manajemen pembelajaran dan perilaku yang juga disusun atas dasar pemikiran bahwa anak-anak harus mengeksplorasi dunia mereka, membuat pilihan sendiri,
menemukan berbagai konsep bagi diri mereka sendiri. Mereka diharapkan belajar tentang nilai-nilai tanggung jawab, perilaku terhormat dengan mengalami sendiri hasil dari tindakan mereka.
Zaman Permisif: Kita telah memasuki sebuah zaman baru yang disebut zaman permisif. Bukannya menggunakan level yang masuk akal untuk mengendalikan anak-anak, malahan banyak orang dewasa yang mengizinkan saja anak-anak mereka melakukan apapun yang mereka mau. Di lingkungan sekolah, pada banyak kasus, hal yang sama terjadi. Kegiatan berbaris dianggap ketinggalan zaman. Pakaian merupakan pernyataan pribadi. Baju seragam dianggap sebagai pelanggaran hak pribadi. Aksi dan gaya berbicara model punk diterima sebagai ciri khas perilaku remaja.

Zaman Permisif:
Dan jika Anda butuh bukti kalau kita sekarang sedang kembali kepada jaman yang ‘serba membolehkan’, pikirkan hal ini. Ribuan orang tua dan guru telah menerima nasihat untuk tidak mengatakan “tidak” pada anak-anak. Sebaliknya segala sesuatu harus dikatakan dengan perkataan yang positif. Misalnya, peraturan seperti “Tidak boleh berkelahi” akan dianggap akan menurunkan rasa penghargaan diri anak. Jadi peraturan tersebut harus diganti dengan “Jagalah tanganmu” atau “Jangan ada kontak tubuh”.

Jika . . . Maka . . .
Guru bukannya berkata “Dilarang berkelahi”, tetapi ia akan lebih suka berkata “Jika engkau berkelahi, engkau akan diminta pergi ke kantor kepala sekolah.” Dengarkan dirimu sendiri sesaat, dengarkan orang-orang disekitarmu. Anda akan takjub dengan banyaknya orang yang berkata pada anak mereka “jika..........maka....”

Pernyataan:
“Jika kamu menyerahkan PR dengan cara seperti ini, kamu akan mendapat nilai buruk”
“Jika kamu menyela sekali lagi, kamu akan di skorsing/ditahan”

Semuanya adalah pilihan, bukan batasan. Pikirkan tentang permainan olah raga sebentar. Peraturan mengatakan bahwa jika bermain kasar maka akan menghasilkan tendangan penalti 15 yards jauhnya. Apakah hal ini berarti tidak ada yang bermain kasar dalam sepak bola? Jelas ada. Dalam permainan hockey, peraturan mengatakan akan memberi sebuah penalti dua menit untuk pelanggaran menjegal kaki. Apakah itu berarti tidak ada pelanggaran menjegal dalam permainan hockey?

Peraturan – peraturan tersebut tidak melarang terjadinya pelanggaran. Mereka hanya memberitahukan para pemain tentang konsekuensi dari membuat pilihan yang buruk

Dampak negatif:
Jadi, inti dari manajemen perilaku adalah pilihan. Manajemen perilaku mengizinkan anak-anak untuk memilih semata-mata berdasarkan keinginan mereka untuk menanggung konsekuensi.

Dengan seluruh konsep ini, terdapat berapa masalah serius.
MASALAH PERTAMA:

Pikirkan lagi. Dalam permainan hockey, menggunakan dua menit penalti untuk menghentikan kekacauan pelanggaran disebut ‘menggunakan penalti yang yang bagus’

Penalti dan konsekuensi tidak selalu negatif. Apakah hal itu baik atau buruk, tergantung pada alternatif yang ada. Karena itu banyak siswa berpikir, “Jika aku memukulnya, aku akan dikirim ke kantor kepala sekolah. Hmmm, Baiklah, itu cukup seimbang”

Wow
MASALAH KEDUA:
Masalah kedua adalah bahwa para siswa belajar untuk memenangkan permainan dengan mengamati secara konstan bagaimana keadaan kepengawasan guru. Pada saat pengawasan guru melemah, ia segera memanfaatkannya. Kondisi supervisi lemah misalnya – saat guru berbalik menghadap ke belakang, saat guru sedang membantu sebuah kelompok siswa, atau saat guru terlambat keluar untuk mengawasi halaman. Pada masing-masing kasus, para siswa melihat situasi ini sebagai kesempatan mereka untuk mencoba lolos dan cara melanggar peraturan.
Sejalan dengan sifat suka sembunyi – sembunyi ini, terjadilah perilaku pengecut.

MASALAH KETIGA:
Masalah ketiga adalah salah satu akibat dari banyaknya konfrontasi antara anak-anak dengan orang dewasa. Hal ini dibangun karena tehnik manajemen perilaku hampir bersifat menyederhanakan dan ‘tawar’. Karena melibatkan begitu banyak tawar-menawar dan negosiasi, pendekatan ini kurang menyertakan otoritas.

Mengapa HARUS mencapai umur 16/17 tahun untuk MEMILIKI SIM A/C?
Untuk menjadi siap, mereka harus menunjukkan rasa hormat terhadap hak dan kebutuhan orang lain, rasa tanggung jawab terhadap hal – hal yang dianggap penting, dan kemampuan untuk mengatasi rasa frustasi minor tanpa bersikap overakting. Tanpa menunjukkan semua sikap diatas, mungkin secara umur mereka bisa mendapatkan SIM, namun mereka belum siap untuk menyetir kendaraan.

Komponen Disiplin:
1. Komponen Pertama dari Tiga Rangkaian Komponen Disiplin : Peraturan, Batasan dan Otoritas
2. Komponen Kedua : Kecakapan, Sikap, dan Pengetahuan
3. Komponen yang terakhir, tetapi bukan yang terkecil: membuat pilihan sendiri dan belajar dari pengalaman pribadi.

Untuk mendapatkan disiplin yang efektif, Anda harus melakukan hal-hal berikut ini:
Latihlah anak-anak untuk tunduk pada peraturan, batasan dan perintah orang dewasa.
Latihlah anak-anak dengan kecakapan, sikap dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang bertanggung jawab dan bisa bekerja sama.
Aturlah/kelolalah pilihan pribadi mereka

Berpikirlah positif
Kepercayaan Anda tentang kedisiplinan sangat penting. Untuk menjadi benar-benar efektif, Anda juga harus percaya pada kemampuan Anda dan keinginan Anda untuk berhasil. Sikap positif sangat penting sekali. Jika Anda percaya anak-anak akan taat pada perintah Anda, mereka akan melakukannya. Kepercayaan diri Anda akan nampak melalui suara dan seluruh sikap Anda. Ketegasan akan lebih mendatangkan respon yang cepat dan benar dari siswa. Sebaliknya, jika Anda tidak yakin tentang kemampuan Anda dalam melakukan tugas, dan kuatir siswa akan menentang Anda, maka mereka akan menggenapkan kekuatiran ini. Anda harus memperhatikan perilaku – perilaku kecil, bukannya cerewet, tetapi untuk meletakkan sebuah dasar bagi pemenuhan ‘perilaku besar’. Siswa tidak mau membuka bukunya dan segera bekerja di awal jam pertama. Masuk kedalam kelas sambil berbicara keras – keras. Menabrak siswa lain saat masuk ke dalam kelas. Melemparkan jaketnya entah kemana, bukan menggatungnya ditempat yang disediakan. Menyorongkan tas punggungnya di lantai. Tidak mempersiapkan diri menghadapi pelajaran namun malah berjalan kian kemari, Tiduran dimeja selama pelajaran dibuka, dan Berbicara pada saat pengumuman diberitakan.

Contoh Hal yang Benar
RH King Academy adalah sebuah SMP yang unik di Toronto. Walaupun merupakan bagian dari sebuah sistem sekolah umum, sekolah ini didesain sebagai sekolah dengan standar tinggi. Popularitasnya begitu tinggi sehingga orang tua rela berkemah untuk dapat mendaftarkan anak mereka di sana. Standar tinggi di sekolah ini diterapkan tidak hanya pada urusan akademis melainkan juga pada urusan perilaku siswa. Apa yang harus dilakukan untuk memenuhi tujuan sekolah ini? Menurut wakil kepala sekolah, “Perbedaan paling besar antara sekolah kami dengan sekolah menengah yang lain adalah bahwa kami mengawasi para siswa kami. Jika Anda datang ke sini pada saat terjadi rotasi kelas, Anda akan menemukan setiap guru ada di lorong sekolah. Ini wajib. Tidak masalah siapa guru yang menangani masalah, setiap siswa akan menerima pesan yang sama karena setiap guru tahu apa yang diharapkan di sekolah ini.

Benar sekali. Sekarang, semua kita harus membuat setiap sekolah menjadi ‘sekolah berstandar tinggi”. Setiap guru mengetahui tehnik dasar menanggapi kesalahan, yaitu: 1. memberikan koreksi, 2. meninjau, 3. mengajarkan kembali, dan 4. melatih.
Anda telah menyadari dasar dasar pendekatan manajemen yaitu: Sediakan pilihan bagi siswa. Dorong untuk memilih yang baik dengan menggunakan ‘penghargaan’ dan bimbingan. Sebaliknya, kurangi pengambilan pilihan yang buruk dengan menggunakan ‘konsekuensi’ dan peringatan mengenai hasil akhir yang tidak menyenangkan jika pilihan buruk tersebut tetap diambil. Biarkan siswa belajar dengan cara mengalami hasil akhir dari setiap pilihan mereka.

Teknik-teknik Manajemen kelas yang efektif:
• Gunakan isyarat fisik dan dorongan
• Berkelilinglah di dalam kelas
• Dengan tulus berikan penguatan pada perilaku positif
• Dapatkan perhatian siswa sebelum Anda memberikan pengarahan dan petunjuk
• Modulasikan/aturlah suara Anda
• Tantanglah siswa untuk mencapai waktu yang ditentukan
• Jagalah supaya setiap tahap dalam pelajaran berlangsung baik

Manajemen kelas yang efektif:
• Jaga supaya kelompok Anda tetap terhubung
• Aturlah meja untuk memaksimalkan proses pembelajaran
• Sediakan kegiatan ‘sepon’ (berbagai kegiatan kreatif)
• Gunakan ‘penundaan diskusi”
• Pindahkan hal-hal yang cenderung menganggu
• Suruhlah para siswa mengulangi petunjuk Anda
• Gunakan humor
Pendidikan bersifat proaktif. Para guru membuat keputusan tentang kurikulum sebelum kegiatan persekolahan dimulai.

Mereka tahu apa yang akan dipelajari para siswa bahkan jauh sebelum mereka bertemu dengan para murid. Petunjuk dibawah ini harus diikuti selama dua minggu pertama di dalam sekolah: Buatlah peraturan dan batasan yang jelas. Komunikasikan kepada siswa dengan tegas. Bersikaplah “hangat tapi tegas”. Tegas dengan peraturan tidak berarti suka menghukum dan tidak ramah. Latihlah siswa untuk mengikuti prosedur kelas.

Ajarlah tentang transisi sehingga mereka dapat melakukannya dengan efektif. ransisi dikelas misalnya masa pergantian pelajaran, menyerahkan kertas tugas, berkumpul dalam kelompok, biasanya memerlukan waktu kira-kira enam puluh sampai sebilan puluh detik. Ajari siswa tentang beragai keterampilan yang penting, mulai dari hal kesopanan. Kesopanan akan membantu membangun interaksi yang kooperatif diantara siswa. Hal ini penting untuk memperlancar berfungsinya lingkungan belajar. Ingat untuk menerapkan pengawasan tingkat tinggi selama dua minggu awal tahun pelajaran.

Sepuluh Kecakapan Luar Biasa yang Harus Diajarkan Pada Siswa Anda:
1. Sopan santun
2. Memberi salam
3. Memberi dan menerima pujian
4. Mempersilahkan orang lain mendahului Anda (kapanpun jika waktunya tepat)
5. Membukakan pintu bagi orang lain
6. Mengatakan ‘tolong’ dan ‘terima kasih’
7. Mengakui upaya baik yang dilakukan orang lain
8. Mendengarkan ketika orang lain berbicara
9. Menawarkan bantuan dengan pekerjaan
10. Mengundang orang lain untuk ikut dalam permainan atau kegiatan kelompok

Sepuluh Kecakapan Luar Biasa yang Harus Diajarkan Pada Siswa Anda:
Bagaimana memperlakukan Guru Pengganti, Pencegahan Konflik:
Ajarkan siswa Anda untuk mengidentifikasi beberapa hal berikut ini:
1. Teman bermain yang baik
2. Teman yang dapat bekerja sama dengan baik
3. Permainan yang dapat dilakukan tanpa menimbulkan insiden
4. Orang-orang dan situasi – situasi yang harus mereka hindari
5. Ajarkan mereka untuk melakukan hal-hal berikut ini.
6. Merespon/membalas olok – olok atau ejekan dengan humor
7. Mengabaikan hal/komentar yang yang menyinggung perasaan
8. “Berjalan pergi” saat marah, atau menggunakan cara yang tepat untuk melepaskan emosi
9. mengetahui perbedaan antara kegiatan ‘balas membalas’ dan ‘peningkatan ketegangan’ sehingga mereka dapat menghindari tindakan yang dapat memperburuk ketegangan.
10. Libatkan seorang guru atau teman untuk menjadi mediator sebelum masalah terjadi supaya masalah tidak jadi muncul

Perlu perhatian:
Disiplin Diri
Konsentrasi
Jadilah Bagian Dari Solusi, Bukan bagian dari masalah
Pikirkan Orang lain
Ketekunan
Jadilah Teladan Yang Baik
Duta: Siswa Anda adalah duta Anda. Bagaimana mereka mempresentasikan diri mereka dimuka umum, merefleksikan setiap aspek dalam sekolah Anda, termasuk program akademis. Ketika siswa Anda berperilaku baik dan berpakaian pantas, masyarakat dengan cepat akan menyimpulkan bahwa siswa tersebut pasti berasal dari sekolah yang luar biasa dengan guru – guru yang luar biasa dan program – program yang luar biasa pula.

Berikut ini ada beberapa petunjuk untuk menyusun program yang menarik dan menantang. Aturlah dan buatlah pelajaran Anda menarik dan menantang.
Ajukan pertanyaan yang memaksa siswa untuk memperluas pemikiran mereka ke area yang ‘tidak biasanya’. Buatlah kegiatan yang diwariskan / diteruskan.
Susunlah tugas – tugas yang sedikit lebih sukar dari pada yang siswa pikir mampu mereka selesaikan. Terapkan berbagai konsep dalam pengalaman sehari-hari. Misalnya, ajarlah para siswa tentang uang dengan menugaskan mereka membeli barang – barang dari katalog untuk mengantisipasi camping trip yang teoretis
Buatlah pengajaran terintegrasi pada beberapa topik dari berbagai mata pelajaran

Bentuklah kegiatan kelompok yang mewajibkan siswa membangun berbagai kemampuan secara luas termasuk kemampuan mewawancarai, melakukan penelitian dan analisis. Berikut ini ada beberapa petunjuk untuk menyusun program yang menarik dan menantang. Selain meminta siswa untuk mempresentasikan proyek penelitian mereka di depan kelas, mintalah mereka melakukan presentasi di hadapan para siswa di kelas yang lebih rendah dari mereka. Susunlah sebuah perjalanan ke luar sekolah untuk mengembangkan kurikulum dan sediakan kesempatan untuk membangun kemandirian.

Integrasikan penggunaan tehnologi ke dalam kurikulum. Selain penggunaan komputer, masukkan juga penggunaan radio dan tehnologi visual. Jadilah kreatif. Misalnya sekarang siswa mampu membuat komposisi musik dengan menggabungkan penggunaan komputer dan keyboard. Sama sekali tidak akhir dalam penggunaan tehnologi. Buatlah kegiatan antar kelas. Semua siswa akan mengambil keuntungan saat bekerja sama dengan siswa yang berbeda usia.
Ciptakan kesempatan pengalaman kerja. Perusahaan lokal mungkin akan bersedia mendukung program Anda ini.

PERLAKUKAN ORANG TUA SEBAGAI PATNER
Bekerjalah bersama orang tua untuk memastikan bahwa anak menyelesaikan PR mereka. Komunikasikan tugas – tugas yang diwajibkan setiap hari.
Libatkan orang tua dalam membuat rencana untuk pengembangan perilaku. Komunikasikan keberhasilan rencana tersebut. Mintalah orang tua untuk bekerja sama dengan anak mereka di rumah untuk mengembangkan perilaku yang diinginkan. Mintalah dukungan orang tua dalam mengawasi pelaksanaan ‘latihan berperilaku baik’, bukan ‘pelaksanaan hukuman’ di lingkungan rumah.

PENUTUP
Kedisiplinan pada dasarnya lebih banyak ditentukan oleh wawasan dan pengetahuan Anda, bukan ditentukan oleh terjadinya insiden. Ketika Anda mengetahui bahwa ada seorang siswa yang kelihatannya akan mengalami suatu masalah, maka Anda harus turun tangan lebih dini sehingga dia tidak akan mengalami masalah tersebut.

TIAP HARI ADALAH HARI LUAR BIASA


Menciptakan moment Valentine Day setiap hari emang bukan perkara gampang.

Dalam hari-hari penuh kesibukan kerja, masalah kantor yang bejibun, sumpek dengan team work yang tak saling mendukung, atau barangkali kerja yang tak selalu memberi keuntungan finansial; namun masih bisa menyisihkan waktu untuk menciptakan saat-saat mengesankan bagi keluarga, itu adalah hari yang luar biasa! Uang berharga, namun waktu untuk keluarga lebih berharga.

Dalam panik dan cemas karena target kerja tidak tepat sasaran, ragu dan bimbang proyek memberi manfaat bagi banyak orang atau tidak, ketidakyakinan akan efektifnya cara kerja dan sistem tak berjalan baik; masih mampu mendedikasikan kata-kata pendukung untuk istri yang repot dan kerjas keras membehani rumah, dan anak yang sibuk belajar, itu adalah hari yang luar biasa! Ungkapan dukungan tetap diperlukan oleh anggota keluarga dan sahabat meski suasana tak baik sekalipun.

Dalam perasaan kekurangan spirit karena kerja tak juga menghasilkan prestasi dan kondisi lebih mapan, ketidakmampuan meningkatkan etos kerja lebih baik, ketakberdayaan menyaksikan negeri ini masih menyebar tangis di mana-mana, kebimbangan akan kekuatan pluralitas ini masih tertanam atau mulai mati rasa; masih sempat memberi hadiah-hadiah dalam bentuk sederhana untuk anak istri, hmm itu adalah hari luar biasa! Hadiah tetap perlu didedikasikan untuk keluarga tercinta meski situasi paling buruk sekalipun. Kehadiran diri di antara mereka adalah hadiah luar biasa.

Dalam kekurangan dan tak mampu memberikan energi lebih baik, ketidakyakinan meningkatkan kualitas kerja dan hidup menuju level paling baik, terjebak dengan kelemahan diri; namun tetap terlibat dalam pelayanan yang memberi tanpa minta upah, memberi tanpa pamrih, itu adalah hari luar biasa! Melayani selalu lebih baik daripada dilayani.

Dalam tubuh lunglai dan pusing kepala, karena kerja tak ada habisnya, otot tubuh makin menua, energi tak sebesar masa muda; namun masih bisa memberi sentuhan fisik dan sentuhan batin yang erat dan menyamankan anak dan istri, itu adalah hari luar biasa! Sentuhan fisik dan batin tuk anak istri selalu membuat kelegaan berdiri atas berbagai keterbatasan.

Lebih luar biasa lagi, karena hari-hari biasa menjadi luar biasa tatkala Valentine Day dirayakan tanpa menunggu Februari datang, kesenangan diciptakan menjadi kebiasaan dalam ketakberdayaan, kesukaan dimunculkan dalam kereterbatasan, ucapan syukur senantiasa dilahirkan dalam ketidakmampuan, itu baru menjadi hari luar biasa.

Karena tiap hari adalah hari menciptkan saat-saat mengesankan.
Karena tiap hari adalah hari memberi dukungan.
Karena tiap hari adalah hari memberi hadiah-hadiah yang mengejutkan.
Karena tiap hari adalah hari memberikan pelayanan.
Karena tiap hari adalah hari memberi sentuhan yang menyamankan.

Yang luar biasa itu menjadi dibiasakan di hari-hari biasa, meski ini tak biasa dan dan di luar kebiasaan; karena tiap hari adalah hari luar biasa.