Kamis, 18 Februari 2010

Pemimpin yang Mau Belajar

Seorang pemimpin sekolah Kristen memang harus menunjukkan atau minimal memiliki beberapa indikator yang mensyaratkan dia berkompetensi secara profesional, kepribadian yang baik, memiliki kehidupan sosial yang baik, dan kualitas pedagogiknya terpercaya. Karakterisitik yang mencirikan seorang pemimpin yang efektif antara lain indikator yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan adalah seseorang yang memiliki visi yang jelas. Ia tahu ke arah mana membawa ’kapal’nya. Komunikasinya dengan staf sangat interaktif. Ia dengan sabar mendengar orang lain berbicara. Baginya lingkungan yang aman adalah keharusan bagi komunitas sekolahnya, oleh karena itu ia dengan maksimal mengupayakan keselamatan dan kemanan sekolah ada di prioritas atas.

Pemimpin yang baik selalu mengontrol performa sekolahnya. Ia memiliki catatan-catatan lengkap dan detail mengenai perkembangan sekolahnya. Dengan terbuka ia menyampaikan kekurangan dalam pelayanan supaya ia dan tim dapat melakukan perbaikan dengan otpimal. Kerangka tujuan organisasi secara detail dikomunikasikan kepada para guru dan karyawan serta stakeholder sekolah.

Proses pembelajaran dipantaunya secara ketat. Evaluasi pengajaran adalah hal prinsipil baginya, sehingga instrumen evaluasi harus dirumuskan dengan baik jauh-jauh hari, dan terus direvisi untuk melahirkan rumusan terbaik. Koordinasi kurikulum yang dilakukan dengan sistem pemberian kepercayaan, pendelegasian, dan pengutusan, tetap dikontrol dengan baik, meski ia tidak berada di lokasi sekolah.

Pemimpin sekolah Kristen seyogyanya adalah seorang guru yang tetap menjaga kecakapan mengajarnya. Kesibukan dalam mengelola organisasi tidak melalaikannya untuk meningkatkan kemampuan mengajar. Arah program-program sekolah dan tujuan akademis dijaga supaya tetap pada track-nya. Sambil memimpin sekelompok orang untuk meraih tujuan, yang berarti ia harus berada di posisi garda depan, ia masih harus merendahkanhatinya untuk menjadi pebelajar yang terus bersemangat mempelajari hal-hal yang mengembangkan kompetensi profesionalnya.

Dengan memposisikan dirinya sebagai seorang guru (selain tentu saja ia adalah seorang pemimpin guru), seorang kepala sekolah akan dengan tulus hati mempercayai dan memperlakukan guru sebagai seorang profesional. Sekarang ini ada banyak kebijakan pengurus yayasan atau kepala sekolah yang tidak menghargai profesionalitas seorang guru, karena ia mulai menganggap guru adalah sekadar buruh atau kayawan yang bisa diatur sebagaimana seorang direktur perusahaan mengatur karyawannya. Pemimpin yang seperti itu mulai bertindak otoriter, ia menciptakan ’pengkotak-kotakan’ dalam lingkungan kerjanya, yang akhirnya membuat kreativitas gurunya melemah bahkan mati. Guru yang apatis karena tidak mendapatkan penghargaan sebagaimana mestinya dari hari ke hari makin bertambah jumlahnya.

Seorang pemimpin sekolah yang visioner mampu menerima beragam sudut pandang. Ia menghormati suara guru meski kritis sekalipun. Ia bahkan mendukung guru yang mampu mengkritisi kebijakannya karena ia juga memberi kesempatan kepada guru tersebut untuk meraih impian sesuai dengan cara-cara yang dipandangnya baik. Karena kepercayaan seperti ini, bahkan ketika guru melakukan kesalahan ia tetap memotivasi untuk mempercayakan pekerjaan yang sama untuk guru yang sama, suatu ketika ia akan mendapat penghormatan besar berupa kesetiaan dan kerja keras, sebagai rasa hormat dari guru untuk pemimpinnya yang sangat akomodatif. Mendukung guru untuk melakukan perbaikan adalah tipe seorang pemimpin yang demokratis. Ia bisa fleksibel tapi juga tegas dalam menerapkan kepemimpinan. Ia memiliki orientasi berani mengambil risiko, karena hanya dengan mencobalah seorang guru dapat menghasilkan metode pembelajaran yang uptodate dan nilai-nilai yang menguatkan karakter muridnya.
Selain kontrol manajemen internal sangat ketat, seorang pemimpin sekolah adalah profil yang cakap memberdayakan potensi eksternal. Sumber-sumber di masyarakat yang mampu mensuport tidak lepas dari jangkauannya untuk memperkaya hubungan masyarakat. Dengan pendekatan manajemen yang mengikutsertakan pihak-pihak potensial, ia telah memimpin dengan pendekatan sekolah berbasis masyarakat. Masyarakat diajaknya berpikir dan berperan serta untuk memberi warna pada sekolahnya. Sekolah yang mendapat dukungan besar dari masyarakat akan bertumbuh kembang secara pesat. Dan semua program baik dari sekolahnya juga ikut serta membangun masyakarat peduli pendidikan yang pada akhirnya meningkatkan mutu interaksi antarwarga masyarakat. Sekolah akan berkembang baik, seiring dengan perkembangan baik sebuah masyarakat modern yang masih menjaga nilai-nilai luhur dan budi pekerti. (adhi)

Tidak ada komentar: