Sabtu, 09 Oktober 2010

Buku Harian Seorang Guru (2) Mengajar dengan Kuasa

Sebagai guru aku mengerti kalau Tuhan memperlengkapiku dengan keterampilan dan kuasa yang kubutuhkan agar kata-kataku memiliki otoritas. Setiap muridku yang mendengar kata-kataku tentu meyakini bahwa pesanku emang layak dilakukan. Tapi terus terang..., sebenarnya aku tidak benar-benar mengerti hal ini sampai hari ini ........

Hari ini aku sudah siapkan perangkat mengajar, media LCD berikut laptop di meja guru. Murid-murid udah kusiapkan untuk materi hari ini. Bentuk evaluasinya pun mereka udah tahu sejak minggu lalu. Yang lupa kusiapkan adalah aku tidak berdoa untuk flashdiskku. Flashdisk yang udah kusiapkan sejak dari rumah, sekarang tidak bisa jalan. Ngadat! Alamak.... alamat buyar seluruh persiapan ngajarku. Hari ini aku harus presentasi 30 menit sebelum 60 menit berikutnya murid-muridku memraktekkan cooperative learning model diskusi dan presentasi kelompok. Dan gambar-gambar animasi berikut sound dan link ke resources internet ada dalam flashdisk itu...... Oh, baru kusadari alat apa pun yang kupakai mengajar harus kusiapkan dan tentu mohon Tuhan memberkatinya lebih dulu, agar aku lancar menggunakannya. Sekarang.... diotak-atik juga tetap tak bisa connecting.

Baiklah, aku harus menggunakan cara lain, model lain, metode lain. Peragaan monoplay singkat, memancing pengalaman siswa supaya mau sharing tentang hal yang ia tahu, dan harapannya tentang materi itu. Dan dalam nama-Nya aku mulai berbicara.... Wow..... Tuhan menolongku! Tuhan yang mengajar murid-muridku dengan caranya yang ajaib. Model belajar presentasi kelompok berubah menjadi model diskusi Jigsaw. Dan aku tak membutuhkan LCD. Aku hanya membutuhkan kuasa Tuhan untuk mengajar kelasku.

Hari ini aku belajar bahwa aku mustinya punya kuasa untuk berbicara karena aku telah lebih dulu mempersilakan Tuhan bekerja. Isi pengajaran memang harus menarik. Sistematika penyajian memang harus runtut atau sistematis. Metode harus sangat variatif dan murid perlu dihargai dengan dilibatkan dalam proses belajar. Tetapi perkataan lembut seorang guru lebih mendinginkan hati yang penuh amarah, hati kuatir, hati takut, & hati cemburu. Kerendahhatian mencegah perasaan takabur & sombong, memberi kewaspadaan, kecermatan, & memberi kesempatan Kuasa Tuhan yang bekerja. Mengajar adalah menyembuhkan luka batin diri sendiri lebih dulu, baru mendampingi murid agar murid bisa menyembuhkan diri sendiri. Namun adalah baik, meski guru sedang terluka pun, ia tetap memulihkan muridnya.

Hari ini aku mengajar dengan Kuasa-Nya, karena Ia berkenan menolongku. Ia mengingatkanku sesempurna apapun persiapanku, jika tanpa Kuasa-Nya aku tak akan bisa menyelesaikan tugas mengajarku. Setiap jam mengajar adalah waktu penting untuk belajar melangkah dengan-Nya. Baru kusadari masih banyak hal yang belum ku tahu. Sebagai guru yang mengajar aku harus tetap belajar.

Terima kasih, Tuhan.

Tidak ada komentar: