Sabtu, 09 Oktober 2010

Buku Harian Seorang Guru (4) Mengajar dengan Jujur dan Tulus

Harus kuakui, tidak semua materi pelajaran telah aku siapkan dengan matang. Untuk menyiapkan malam sebelumnya pun kadang aku sudah kehabisan tenaga, tepatnya, kehabisan semangat. Apalagi kusiapkan jauh-jauh hari, sungguh sangat jarang. Ketika menemui topik yang menyenangkan, kugeber habis tenagaku untuk menyiapkan, tatkala menemui topik yang agak sulit dan tidak begitu menyenangkanku, justru kadang aku lompati, malah aku buang, kuganti topik lain yang aku lebih siap mengajarkannya di depan kelas. Perasaan ini kadang menggangguku, tapi lebih sering kuabaikan, cuek beibeh.......

Sepanjang hari ini, rasanya badan pegal semua. Kalo ada Mak Darsih, pemijat di kampung halamanku sono, pasti ia segera kupanggil untuk memijatku sekarang. Sentuhan lembut dan kuat tangan berkeriputnya membuatku kangen. Aku tidak akan menyalahkan program sekolah, yang 3 hari ini full time kukerjakan, mulai bikin proposal, ndesain acara, nyiapkan pengisi acara, ngatur murid ndekor, hubungi perusahaan yang ngasih sponsor, ngoordinasi anak OSIS, dan sa-abreg lainnya. Ini toh sudah tugasku, mustinya aku minum vitamin tiap hari, tapi jatah dana obat sudah habis bulan kemarin.

Betul kata Pendeta Secundarius Wahyudi, temanku Guru Agama yang sangat kreatif itu. Kejujuran dan ketulusan dalam pembelajaran di kelas akan membuka hati setiap murid untuk bersikap terbuka, merangsang keberanian berprakarsa, tidak berpura-pura, dan apa adanya. Potensi tersembunyi si murid dapat terlihat karena ia jauh dari ‘rasa takut, tidak berani mencoba, rasa malu, enggan, tidak bersemangat, dan tidak konsentrasi’. Karena gurunya lebih dahulu berkata, ”Cobalah, rasailah kegagalan supaya kau tahu apa rasa keberhasilan! Jangan takut, bertanyalah terus, dan lakukanlah. Aku di sampingmu!”

Alangkah baiknya aku mengajarkan materi pelajaran yang telah aku lakukan dan aku kuasai. Aku persiapkan dengan matang, dan aku plan jauh-jauh hari. Dan mengatakan terus terang apabila aku masih mengumpulkan data untuk memuaskan pertanyaan murid-muridku. Dari pada memberi jawaban ngawur atau berkata tidak tahu. Aku tidak ingin menunda sampai esok lusa! Besok aku harus siap dengan jawaban lengkap yang perlu diketahuinya. Dan akan kukatakan dengan jujur dan tulus, bahwa baru sampai sekian aku mengetahuinya.

Apakah seorang guru mutlak mengetahui segalanya? Kupikir tidak, tapi seorang guru mutlak harus memandu murid-muridnya menemukan jawaban dari segala sumber yang ada.

Oh, penatnya hari ini. Mak Darsih.....!

Tidak ada komentar: