Jumat, 25 Juni 2010

Workshop Pembangunan Karakter

Drs. FJ. Siswanto, Ketua Panitia Pelaksanaan Workshop, mengajak para peserta dari 38 kota/kabupaten Se-Jawa Timur memikirkan nasib bangsa. Banyak orang prihatin mengenai karakter bangsa yang makin lama makin menyedihkan. Sejatinya bangsa Indonesia adalah bangsa yang santun, cinta damai, mufakat, peduli, guyub, gotong royong, namun akhir-akhir ini terjadi kekerasan di semua lapisan masyarakat. Mulai dari kaum buruh hingga eksekutif, dari remaja hingga kakek-kakek. Lulusan SMA merayakan kelulusan dengan bentrokan, pemuda antardesa bertikai lalu berkelahi masal, mutilasi ada di mana-mana, narkoba, dan tayangan TV pun penuh kekerasan. Mantan Kepala Sekolah SMA St. Louis 2 Surabaya ini mengatakan Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur mengajak peserta untuk membuat format tentang pendidikan karakter bangsa, yang rumusannya nanti akan disumbangkan kepada pemerintah pusat lewat dinas pendidikan.
Acara worshop 2 hari itu diadakan di Hotel Inna atau yang dikenal juga sebagai Hotel Natour di Trawas, dihadiri oleh 140 praktisi pendidikan yang terdiri atas 38 Kepala Sekolah se-Jatim, 38 pengelola pendidikan, dan 64 lainnya adalah perwakilan dewan pendidikan, pemerhati pendidikan, dan wartawan.
Prof. Dr. Zainuddin Maliki, Ketua Dewan Pendidikan, dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini sangat strategis bagi pengembangan karakter bangsa. Di atas kertas seharusnya pendidikan menghasilkan anak bangsa yang berkarakter. Namun di realitas kehidupan ada banyak perilaku yang belum sesuai dengan karakter yang kita inginkan. Fenomena itu terdapat di mana-mana, misalnya: praktek ketidakjujuran, perilaku instan, cepat ingin kaya. Dan orang-orang dengan kecenderungan seperti Gayus (pegawai dinas pajak yang terlibat dalam mark up kasus miliaran rupiah) itu diinspirasi dari masyarakat di sekitarnya. Terutama masyarakat pendidikan. Sesungguhnya lembaga pendidikanlah yang paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan perilaku yang salah itu. Oleh karena itu lembaga pendidikan perlu instrospeksi agar bisa melahirkan outputs yang bagus. Pendidikan seyogyanya menjadi referensi bagi pihak lain dengan contoh watak dan kepribadian yang bagus.
Ada yang mengatakan bahwa karakter itu bersifat statis, dari Tuhan, bersifat nature, tidak perlu dicari, tetapi Guru Besar yang baru bisa baca di kelas 3 SD ini lebih setuju kalau karakter itu bersifat nurture, perlu dicari dan dikembangkan agar menjadi bagus. Pada saat masa revolusi, dunia membutuhkan orang-orang dengan karakter revolusioner. Namun sekarang dunia lebih membutuhkan karakter yang lebih sejuk, nyaman, dan tenang. Di era stabil, era globalisasi, ide dan inspirasi karakter menjadi plural/beragam. Karakter bangsa itu harus mampu mentransformasikan anak bangsa melalui pendidikan. Meski rumusan itu bersifat sederhana, itu diperlukan untuk pegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Drs. Suwanto, M.Si, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi jawa TImur mengatakan bahwa diakui atau tidak, masalah-masalah bangsa yang seriang kita saksikan itu adalah buah atau hasil dari sistem pendidikan kita. Perkembangan karakter berada di posisi titik nadir, perlu dibangkitkan kembali untuk mempercerah kehidupan bangsa. Krisis yang paling komprehensif adalah krisis moral. Oleh karena itu apa yang dibutuhkan supaya pendidikan karakter bisa dijalankan? Kita perlu mencari model atau bentuk yang mampu menjadi solusi. Ada banyak proyek dewan pendidikan yang bisa diaplikasi untuk membangun model ini. Prinsip pendidikan karakter yang perlu dikembangkan, misalnya adalah nilai-nilai etika, kepedulian, keadilan, kejujuran, tangguh, hormat, tekun, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan. Suwanto menyebutkan pada saat menghadiri kegiatan untuk anak-anak, Mendiknas melaksanakan ikrar jujur dan dan tidak menerima intervensi. Kita perlu membangun karakter bangsa dengan membuat sekolah sebagai kebun ilmu, yang mampu membangun kepribadian melalui pembangunan budaya sekolah. Budaya sekolah akan membangun budaya belajar. Apabila sekokah telah memiliki budaya sekolah, maka lingkungan apa pun tidak akan mampu menggoyahkan mereka.
Dalam sesi presentasinya, Profesor Maliki, Rektor sebuah universitas swasta di Surabaya ini mengusulkan perlu adanya Strategi Hijrah dalam Pembelajaran Pendidikan Berkarakter. Hijrah dari surface learning ke deep-learning approach. Dari tradisi text oriented ke tradisi context (authentic learning approach). Kita patut meninggalkan sumber pembelajaran yang monoton, sejenis, dan berupa bahan bacaan saja. Sekarang kita telah memiliki sumber pembelajaran yang kaya, yang disertai dengan penyediaan sumber pembelajaran yang lebih variatif, dari sumber pustaka, literer, virtual, maupun terutama dari lingkungan nyata. Pembelajaran modern menekankan pada pembelajaran interaktif aktif, dinamis, kreatif dalam belajar, kompeten dalam melakukan, pemecahan masalah, analisis dan inquiry.
Dalam workshop yang diprakarasai oleh Dewan Pendidikan Jatim ini, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan karakter apa yang sebaiknya dikembangkan dalam dunia pendidikan, indikator-indikator apa yang harus nampak pada proses dan hasil kegiatan pembelajaran, realitas seperti apa yang perlu disiasati dengan pendekatan-pendekatan dan strategi-strategi yang tepat untuk menanamkan ragam karakter tersebut, lalu yang penting adalah apa aksi konkrit yang harus dilakukan sekolah untuk mengkondisikan para murid bisa bertumbuh dengan baik dan optimal. Dalam sesi presentasi, tiap kelompok juga memberikan rekomendasi yang semestinya segera dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menumbuhkan karakter-karakter yang baik agar tercipta situasi dan kondisi masyarakat yang rukun, aman, nyaman, damai, dan sejahtera. (adhi kristijono)

Tidak ada komentar: