Kamis, 18 Maret 2010

Menciptakan Budaya Sekolah

Budaya sekolah adalah kualitas internal sebuah sekolah yang dirasakan oleh seluruh warga sekolah, mengenai lingkungan sekolah, suasana, rasa, sifat, dan iklim yang dirasakan oleh seluruh warga sekolah dalam menjalankan proses akademik. Kualitas sekolah termanifestasikan dlm aturan-aturan atau norma, tatakerja, kebiasaan kerja, gaya kepemimpinan seorang atasan maupun bawahan. Kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang dianut sekolah. Kualitas kehidupan sekolah tercermin dalam bentuk bagaimana kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan tenaga nonkependidikan lainnya bekerja, belajar, dan berhubungan satu sama lain.
Terciptanya budaya di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: perubahan perilaku yang terjadi di antara warga sekolah (pimpinan, guru, karyawan, dan murid), sekolah sebagai sebuah sistem pendidikan yang mengorganisasikan proses akademik dan manajemen pendidikan, dan tentunya kekuatan komitmen yang dipegang oleh para warga sekolah untuk meraih tujuan tertentu. Komitmen warga sekolah bisa berupa keinginan untuk meningkatkan kualitas, adanya kesepakatan bersama, kemauan untuk belajar, dan kemauan untuk merealiasikan gagasan. Guru dan murid sama-sama melakukan perubahan perilaku. Guru memotivasi, memfasilitasi, dan mengilhami murid. Sebaliknya kompetensi murid terus berkembang dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Kepala sekolah, guru, karyawan, murid dan juga komite sekolah memiliki komitmen untuk mengembangkan suatu sistem dalam manajemen pendidikan. Demokratisasi pendidikan dan desentralisasi pendidikan menjadi isu utama dalam pengorganisasian ini. Keduanya diarahkan menuju terwujudnya penyelenggaraan sekolah yang efektif.
Proses Demokratisasi pendidikan dikondisikan untuk meraih tujuan memberi kesempatan sekolah utk menyusun program sesuai dengan kondisi atau kemampuan sekolah sendiri. Prinsip pendidikan demokratisasi adalah terjadinya interaksi dan kerjasama, saling menghormati, dan terwujudnya berpikir kreatif dalam penyelenggaraan sekolah.
Dalam mengembangkan perilaku kreatif warga sekolah, diharapkan munculnya interaksi dalam pengembangan kompetensi, motivasi, dan keterampilan. Sekolah merupakan tempat utk mengembangkan kreativitas, keberanian melakukan eksperimen inovatif, dan potensi diri.
Inovasi sistem penyelenggaraan proses akademik mengacu pada sasaran akhir berubahnya status siswa, peran guru, eksistensi materi ajar, dan manajemen dari tradisional menuju modern. Murid tidak lagi menjadi objek melainkan subjek ajar. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber, namun lebih menitikberatkan kepada fungsi sebagai fasilitator. Materi tidak lagi subject oriented, tapi problem oriented. Dan manajemen tidak lagi sentralistis tapi desentralistis.
Sekolah efektif terjadi dengan indikator semua sumber dayanya diorganisasi dan dimanfaatkan untuk menjamin semua siswanya, tanpa memandang: ras, jenis kelamin, mau- pun status sosial dan ekonomi, dan bisa mempejari materi kurikulum yang esensial di sekolah.
Sekolah bisa ditempuh dalam waktu relatif sesuai procedural, tingkat keberhasilan bisa ditengarai dari persentasi jumlah kelulusan.
Pendistribusian siswa merata dengan tingkat intelektual yang terus bertambah. Kinerja pengajaran telah menggunakan metode dan media yang aplikatif dan kreatif. Hasil belajar siswa tidak saja bisa memberi pengaruh baik, tapi juga terbukti dengan keterampilan dan sikap yang mengalami perubahan baik. Sekolah efektif juga bisa diamati dari aksestabilitas lulusan, destinasi lulusan, feedback dari masyrakat, dan penghargaan masyarakat atas kemajuan sekolah.
Sekolah efektif juga bisa diamati dari ukuran kelas yang memadai, rasio guru dan siswa kurang lebih 1:20, beban belajar siswa bisa ditanggung dengan kreatif oleh siswa yang bersangkutan dan tidak berlebihan yang mengakibatkan overload, pemakaian sumber daya dilakukan secara optimal, penggunaan ruang yang optimal dan memadai, serta perlengkapan sekolah yang selalu harus diupgrade.
Indikator produktivitas guru tampak dari seberapa banyak karyanya yang telah terpiblikasikan, undangan menjadi instruktur dalam pelatihan guru, keanggotaan dalam asosiasi profesi, dan kualitas kerja yang telah terdokumentasikan oleh pihak kepala sekolah.
Jika semua elemen warga sekolah bersama melakukan upaya pencapaian progres yang pantang menyerah, meraih ekspektasi tertinggi, dan terus melakukan perubahan diri menuju peningkatan kualitas, maka budaya sekolah akan dinikmati sebagai anugerah yang dihidupi dan menghidupi warganya.

Tidak ada komentar: