Senin, 22 September 2008

Sharing tentang "Creative Teaching Methods" bag. 1



Creative Teaching Methods Part 1

Kita memerlukan pendekatan-pendekatan baru karena tantangan yang kita semua hadapi luar biasa. Dalam masyarakat yang terus-menerus berubah, kemampuan berpikir dan berpikir dengan cara baru lebih dibutuhkan daripada pengetahuan pasti saat kita masuk ke masa depan yang tidak kita ketahui. Penting sekali untuk menciptakan iklim dan mengembangkan keterampilan ini demi menumbuhkan kreativitas untuk mendidik generasi yang dapat melihat solusi baru untuk masalah-masalah masa depan.

Kreatifitas Mengajar meliputi 3 hal : 1. Kreativitas merupakan Kemampuan (Ability) Yaitu suatu kemampuan untuk membayangkan atau menemukan pendekatan/metode/ strategi/teknik mengajar yang baru. 2. Kreativitas merupakan Sikap (Attitude) Yaitu kemampuan untuk menerima dan mensiasati perubahan atas manajemen kelasnya dan perilaku anak didiknya. 3. Kreativitas merupakan sebuah Proses (Process) Guru kreatif terus-menerus membuat perubahan dan perbaikan secara bertahap pada manajemen kelasnya.

Kategori Kreativitas:
a. Mengembangkan Pemikiran Kreatif: Memelihara harga diri, prestasi, dan motivasi adalah persiapan untuk inovasi pemecahan masalah dan belajar seumur hidup.
b. Mengembangkan Pengajaran Kreatif: Mengajar dengan contoh pemikiran kreatif akan mendorong kenikmatan dalam mengajar dan belajar.
c. Mengembangkan Pengintegrasian Kreatif: Menghadirkan pendekatan alamiah dari sudut pandang anak, merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan dan menerapkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan.

Pelbagai pendapat tentang kreativitas:
Evita (Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan): Kreativitas… memang perlu memberikan peluang untuk berbuat dan berpikir secara berbeda. Harus ada rasa aman dan kebebasan secara psikologis dalam diri seorang guru.

Lodi Paat (Dosen Ilmu Pendidikan): Untuk menjadi guru kreatif, guru memang harus menguasai komunikasi, kemampuan mengeksplorasi mata pelajaran, dan bisa menarik perhatian anak.
Jimmy Paat (Dosen Ilmu Pendidikan): Untuk dapat berkomunikasi dan menyelami jiwa anak, guru perlu dibekali pengetahuan tentang budaya anak. Ini yang belum tersentuh di lembaga-lembaga pendidikan guru di Indonesia.

Guru kreatif memang tak bisa dikloning. Tidak ada metode atau resep tunggal untuk menjadi guru kreatif. Namun, guru kreatif hanya akan muncul apabila ada lingkungan untuk mendorong kelahirannya. Virus kreativitas dalam mengajar bisa disebarkan di sekolah, di organisasi-organisasi guru, atau lembaga pendidikan guru.

Berikut adalah analisis kebutuhan berdasarkan 10 kompetensi yang harus dikuasai guru: Guru seyogyanya kreatif dalam hal-hal . . . . . mengembangkan kepribadian, menguasai landasan pendidikan, menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, menilai hasil dan proses belajar, menyelenggarakan program bimbingan,
menyelenggarakan administrasi sekolah, berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat, menyelenggarakan penelitian sederhana.

Minimal seorang guru menguasai 3 aspek berikut: (1) Kualitas Pribadi: penampilan umum sebagai figur yang menyenangkan, keterampilan berkomunikasi, tulisan tangan, stabilitas emosi, kepercayaan diri, keramahan & perhatian, kesehatan fisik, karakter moral & integritas, penghargaan terhadap nilai-nilai rohani, dan kepemimpinan dan keteladanan rohani; (2) Tanggung Jawab Profesional: mengajar adalah sebuah panggilan, tertarik secara aktif kepada kehidupan sekolah, kerinduan untuk mengembangkan diri, kemampuan bekerjasama, menunjukan dan mengembangkan pengetahuan profesi keguruan, mentaati kebijakan dan prosedur sekolah, memenuhi tanggungjawab yang diemban, menunjukan antusiasme terhadap dunia pendidikan, bertanggungjawab atas materi dan peralatan pembelajaran, dan mencari bantuan bila memerlukannya; dan (3) Praktek Mengajar & Administrasi Pendidikan: memahami para siswa, presentasi pelajaran, variasi metode dan materi, penguasaan kelas, menolong siswa mencapai target yang signifikan, menginspirasi siswa untuk meningkatkan semangat belajar, meningkatkan peran serta siswa, menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, menata ruang kelas, rencana pembelajaran, persiapan harian, pencatatan dan pelaporan.

Periksalah . . . apakah setiap 2 bulan ada lembar evaluasi untuk memeriksa efektivitas kurikulum pelatihan. Apakah sistem pelatihan guru belum berhasil/sudah berhasil meningkatkan kinerja guru yang memadai untuk meningkatkan mutu pendidikan? Apakah sekolah telah menjalankan sistem monitoring dan evaluasi yang sistematik dan terprogram untuk menindaklanjuti hasil-hasil pelatihan? Apakah Sekolah sudah memberikan kesempatan yang luas kepada para guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar dan mengembangkan kreativitasnya secara optimal?

Kondisi siswa sekarang . . . Lingkungan belajar tidak kondusif, Penekanan kompetensi yang tidak seimbang, Penghargaan diri dan motivasi menurun drastis, Penyakit sosial makin merajalela.

Muncullah 3 kategori guru . . .yakni: (1) Guru yang membuat segala sesuatu dalam kelas bisa terjadi, (2) Guru yang hanya menyaksikan segala sesuatu terjadi di dalam kelas, dan (3) Guru yang hanya bisa bertanya-tanya apa yang terjadi di kelasnya

Pergeseran Paradigma Kegagalan paradigma lama dan juga usaha yang gagal utk menopang sistem yang sudah kuno. Paradigma yang sudah mapan mulai kurang efektif. Komunitas yang kena pengaruh kehilangan kepercayaan pada peraturan-peraturan lama. Pergolakan semakin bertambah sementara kepercayaan mulai berkurang – kesadaran akan adanya krisis meningkat. Para penipta atau penemu paradigma baru mulai melangkah maju menawarkan solusi mereka. Pergolakan lebih memanas sementara konflik paradigma menjadi jelas. Kemunitas yang kena pengaruh menjadi sangat terganggu dam menuntut adanya solusi yang jelas. Salah satu paradigma baru yang diusulkan memperlihatkan kemampuannya memecahkan sejumlah masalah penting yang tidak mampu dipecahkan oleh paradigma lama. Sebagian komunitas yang kena pengaruh menerima paradigma baru tersebut dengan penuh karena mereka sudah putus asa. Dengan adanya dukungan dana yang lebih banyak, paradigma baru meriah momentum. Pergolakan mulai berkurang sementara paradigma baru ini mula berhasil menyelesaikan masalah.

TAHAPAN BERPIKIR KREATIF
(1) PERSIAPAN: pengumpulan informasi dan eksplorasi, (2) INKUBASI: masa pemrosesan dalam pikiran dan tubuh, (3) "AHA": titik wawasan yang sangat menyenangkan, (4) VERIFIKASI: menjamin keterpaduan dan wawasan yang terkait, (5) IMPLEMENTASI: menanamkan informasi dan wawasan terkait ke dalam kerangkan kerja yang bisa digunakan.

Kiat Guru Mengembangkan K r e a t i v i t a s : Jadilah penjelajah pikiran, Kembangkan pertanyaan, Kembangkan gagasan sebanyak –banyaknya, "Langgar" peraturan dan hancurkan kebiasaan lama, Gunakan imajinasi, Isilah sumber inspirasi Anda, Relaksasi dan meditasi
Berani mengambil risiko, Meyakini gagasan diri sendiri, Antusias, Tidak cepat puas, Fokus pada berkreasi, dan Berkolaborasi.

Katalisator Untuk Merumuskan Masalah: MEMUSATKAN PIKIRAN, MENGUASAI PIKIRAN, dan MERENTANGKAN PIKIRAN.

CARI TAHU . . . Kecakapan murid dalam: (1) Menerima informasi, (2) Mengolah informasi, dan (3) Menggunakan informasi.

Guru yang membuat segala sesuatu dalam kelas bisa terjadi . . . akan mempelajari hal-hal berikut: Menguasai model-model gaya belajar: Model VAK, Model McCharthy (Sistem 4MAT) Sejak 1980, utk meningkatkan teknik-teknik pembelajaran, Model Dunn & Dunn (LSI, PEPS) Sejak 1960, utk mengindentifikasi preferensi pebelajar, tersedia dalam 2 versi: LSI
(Learning Styles Inventory) dan PEPS (Productivity Environmental Preference Survey).

Ragam teknik pembelajaran: Kombinasi teknik relaksasi dan visualisasi, Latihan pemusatan perhatian pada pembelajaran, Gerakan-gerakan sederhana latihan senam otak , Pemetaan pikiran, Sugestopedia, Penggunaan musik yang benar, Menggunakan bola saat belajar.

Ragam pendekatan dan teori pembelajaran lain yang perlu dipelajari oleh guru: TQM menjadi TQS, Multiple Intelligences, EQ, IQ, SQ, AQ, Model DISC, Bloom Taxonomy, Six Thinking Hats, Brain Based Learning Problem Based Learning, Cooperative Learning, Project Based Learning, Inquiry Based Learning, Mind Mapping, Communities of Practice, Control Theory, Observational Learning, Vygotsky and Social Cognition, Outcome-based Learning, Core Curriculum, Character Education, Multiculturalism, Mastery Learning, Cooperative Learning, Accelerated Learning, Thematic Instruction, Whole Brain Teaching, Service Learning, Cognitive Coaching, Instructional Technology, Youth Apprenticeship, Authentic Assessment, Classroom Assessment, dan Portfolio Assessment.

Tidak ada komentar: